Mengapa Forum G20 Bali Sangat Penting Untuk Indonesia?

Bali kembali dipercaya menjadi tuan rumah

Muhammad Yunus
Sabtu, 03 September 2022 | 10:46 WIB
Mengapa Forum G20 Bali Sangat Penting Untuk Indonesia?
Ilustrasi Presidensi G20 Indonesia 2022. [Antara]

Peran plus

Peran "plus" Bali pasca-KTT G20 itu bisa saja bermula dari tiga isu yang dibahas dalam forum G20 yakni kesehatan global, energi terbarukan dan digitalisasi ekonomi (transformasi digital dan ekonomi).

Dari sisi kesehatan, Bali bisa menjual produk kesehatan untuk dunia, seperti herbal, spa, yoga. Dari sisi energi terbarukan, Bali bisa memelopori kendaraan listrik, pembangkit listrik tenaga surya, tempat-tempat pengolahan/daur ulang sampah. Dari sisi digitalisasi, Bali bisa menjual produk secara digital untuk produk seni, produk karakter-budaya, dan pertanian khas Bali.

Ya, dari Bali untuk dunia. Bali memiliki beberapa nilai kearifan lokal yang menjadi panutan masyarakatnya. Dalam menjaga dan merawat adat istiadat dan keberagamaan, masyarakat Bali merealisasikan beberapa budaya lokal yang masih relevan dan diterapkan dalam praktek kehidupan sosial sehari-hari sebagai karakter khas.

Baca Juga:Kerugian Rp 4,5 Miliar, Berkas Empat Pembobol Bank BPD Bali Cabang Badung Segera Rampung

Salah satu budaya/karakter yang berkembang di Bali adalah Tri Hita Karana dan Menyama Braya.

Agaknya, budaya/karakter khas Bali ini dapat memandu aktivitas kesehatan, energi terbarukan/ramah lingkungan dan digitalisasi/literasi yang dibahas dalam forum-forum G20, bahkan dalam event G20 juga ada "Tri Hita Karana (THK) Forum" yang sangat mungkin dapat mengilhami pembahasan selama G20.

Tri Hita Karana merupakan tiga jalan kebahagiaan yang menjadi sebuah filosofi dan menekankan pada tiga aspek hubungan manusia dalam kehidupan di dunia.

Tiga aspek ini melingkupi hubungan manusia dengan Tuhan sebagai sumber kehidupan, hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan dengan alam. Setiap hubungan memiliki rasa takzim yang tinggi untuk menghormati aspek di sekitarnya dengan prinsip keselarasan antar umat untuk menciptakan hubungan yang harmonis, kedamaian, dan kesejahteraan.

Tri Hita Karana memiliki beberapa unsur yang terkait di dalamnya. Pertama, unsur parhyangan sebagai nilai keseimbangan dan keserasian antara manusia dengan Tuhan, diimplementasikan dengan menjaga kawasan suci, memberikan ruang dan hak untuk beribadah sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing secara aman dan nyaman.

Baca Juga:Pemprov Bali Terima Hibah Dari Kejagung Berupa Aset Koruptor Eks Bupati Klungkung I Wayan Candra Senilai Rp 46 Miliar

Kedua, unsur pawongan sebagai nilai keseimbangan dan keserasian dalam hubungan antar manusia dilakukan melalui pengaturan kependudukan dengan tetap mempertahankan kewenangan Desa Adat dalam pengaturan masyarakat, menanamkan nilai-nilai moderasi beragama, toleransi, sehingga masyarakat bisa hidup dalam keselarasan dan harmoni.

Ketiga, unsur palemahan sebagai nilai keseimbangan dan keserasian hubungan antara manusia dengan alam lingkungan dilakukan melalui upaya mempertahankan arsitektur Bali pada setiap bangunan di Bali, memperhatikan konsep hulu teben sebagai hirarki tata ruang di Bali, mempertahankan lingkungan hidup untuk mendukung keharmonisan lingkungan hidup masyarakat Bali.

Sementara itu, Menyama Braya merupakan tradisi masyarakat Bali yang sudah direalisasikan sejak zaman dahulu. Tradisi ini bukan diterapkan oleh umat Hindu saja, melainkan seluruh umat beragama di Bali, mereka menerapkan tradisi Menyama Braya.

Menyama Braya merupakan perpaduan dari konsep kebudayaan lokal Tri Hita Karana pada unsur Pawongan (menjaga hubungan baik antar manusia) yang diterapkan dengan tradisi lokal, yaitu Tat Twam Asi (aku adalah kamu dan kamu adalah aku), Wasudewa Khutumbhakam (kita semua bersaudara), segilik seguluk selulung sebayantaka, paras paros sarpanaya, saling asah, asih, asuh (bersatu padu, menghargai pendapat orang lain, saling mengingatkan, menyayangi, dan tolong menolong).

Seluruh konsep inilah yang melandasi cara berpikir dan cara bersikap masyarakat Bali, sehingga mampu hidup harmonis dalam keberagaman. Masyarakat Bali mempercayai bahwa tradisi Menyama Braya ini akan tetap selalu diterapkan oleh masyarakat Bali karena melihat bahwa manusia merupakan mahluk sosial yang seharusnya menjaga hubungan baik antar sesama umat beragama dan tidak menjadikan perbedaan sebagai penghalang untuk tetap menciptakan masyarakat yang rukun, harmonis, dan saling menghormati.

Dalam menjaga kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama, penerapan Menyama Braya bisa dilihat dari masyarakat Bali yang saling menolong dan saling melengkapi, yakni:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini