SuaraBali.id - Konsumsi gula, garam dan lemak atau biasa disebut GGL berlebih disebut dapat menyebabkan penyakit kardiovaskuler dan stroke. Hal ini pun menjadi perhatian Kementrian Kesehatan.
Sebab menurut surveynya 28,7 persen masyarakat telah mengonsumsi gula, garam, lemak (GGL) melebihi batas konsumsi yang dianjurkan.
"Kita lihat memang yang paling tinggi adalah pada konsumsi garam yang berlebih itu ada 53,5 persen dan tentunya ini harus menjadi perhatian semua," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan dr. Elvieda Sariwatidalam diskusi publik daring bertajuk "Masa Depan Pengendalian Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK), Selasa (23/8/2022).
Hal ini juga berdasarkan data tentang prevalensi obesitas dan berat badan berlebih pada anak dalam 10 tahun terakhir yang meningkat dua kali lipat. Ia mengatakan bahwa konsumsi GGL berlebih pada anak disebabkan tingginya konsumsi teh cair dalam kemasan.
Baca Juga:Kemenkes Minta Dukungan Cukai Minuman Berpemanis Agar Imbauan Lebih Efektif
"Kalau dilihat dari survei diet kita, yang paling banyak itu adalah minuman teh cair dalam kemasan," katanya.
Menurutnya pula penyakit seperti tekanan darah tinggi, gula darah tinggi dan obesitas menduduki lima besar faktor risiko yang menyebabkan beban penyakit di dunia
"Kardiovaskuler dan stroke ini sangat terkait dengan asupan gula garam lemak yang kita konsumsi sehari-hari," ujarnya.
Selain itu, pembiayaan kesehatan terbesar juga diduduki oleh penyakit kardiovaskuler, kanker dan stroke.
"Kalau kita lihat juga bahwa pembiayaan terbesar adalah juga pada penyakit kardiovaskuler, kanker dan stroke," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong perlunya aturan untuk membatasi peredaran minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) melalui cukai minuman berpemanis.
- 1
- 2