SuaraBali.id - Seperti negara anggota Melanesian Spearhead Group (MSG) yang lain. Indonesia dan negara-negara anggota menghadapi ancaman keamanan yang sama diantaranta adalah kejahatan lintas batas.
Untuk itu kedua pihak perlu memperkuat kerja sama untuk menghadapinya.
Direktur Asia Timur dan Pasifik Kemlu RI Santo Darmosumarto mengatakan ancaman kejahatan lintas batas tersebut seperti perompakan kapal laut, penyelundupan narkotika, terorisme, dan perdagangan orang.
Sehingga Pertemuan Ke-4 Kelompok Kerja Strategi Keamanan Regional (RSS) MSG di Bali pada 7–8 Juni 2022 menjadi kesempatan bagi para pihak, tidak hanya untuk berdiskusi, tetapi juga untuk menyusun strategi menghadapi ancaman keamanan tersebut.
Baca Juga:Grudug Langsat, Ritual Perang Warga Karangasem Tiap Hari Raya Galungan
Saat ditemui usai acara, Santo mengatakan para delegasi dari Fiji, Vanuatu, Kepulauan Solomon, dan Papua Nugini (PNG) bahkan memberi masukan menarik mengenai keterkaitan dampak perubahan iklim terhadap keamanan di kawasan.
“Kita jarang membahas dampak perubahan iklim jadi isu keamanan, tetapi dalam pertemuan, delegasi negara-negara di Pasifik itu memberi pemahaman bahwa keduanya saling terkait,” kata Santo, Rabu (9/6/2022).
Adanya perubahan iklim, yang salah satunya terlihat pada naiknya permukaan air laut, telah lama menjadi kekhawatiran negara-negara di kawasan Pasifik, termasuk anggota MSG.
Pasalnya, jika permukaan air laut naik, maka negara-negara itu, yang sebagian besar berbentuk pulau dan kepulauan, terancam tenggelam.
Maka dampak perubahan iklim turut jadi isu yang dibahas dalam pertemuan karena menentukan keberlangsungan dan ketahanan negara.
Baca Juga:Banyak Pengusaha Hotel di Bali Keluhkan Sulitnya Dapat Pinjaman Bank
Dalam kesempatan yang sama, Santo juga mengatakan pertemuan itu memberi pesan bahwa Indonesia menjadikan negara-negara Melanesia di kawasan Pasifik sebagai prioritas kerja sama.
- 1
- 2