SuaraBali.id - Berdasarkan data Sistem Informasi Kementerian Agama, tercatat ada 5.152 masjid di 10 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Selain itu, tercatat ada 4.775 musala.
Oleh karenanya, provinsi ini khususnya Lombok dikenal dengan sebutan Pulau Seribu Masjid. Dari sekian banyak masjid yang ada, ada salah satu masjid unik di Lombok.
Masjid tersebut terletak di Dusun Jurang Malang, Desa Pakuan, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Masjid tersebut diberi nama Masjid Ar Ridwan.
Keunikannya terletak dari segi arsitektur. Tak seperti masjid kebanyakan dengan arsitektur Timur Tengah, masjid Ar Ridwan justru lebih dekat dengan arsitektur bangunan Tionghoa.
Masjid Ar Ridwan dibangun oleh warga keturunan Tionghoa Ang Thian kok bersama istrinya Tee Mai Fung pada 2010 lalu. Masjid tersebut dibangun dengan gaya arsitektur China. Ang Thian kok dan istrinya Tee Mai Fung merupakan mualaf yang memeluk agama Islam pada 16 Mei 1989.
Penjaga Masjid Ar Ridwan, Sadli (45) menceritakan sejarah berdirinya masjid tersebut. Pada tahun 1989, Ang Thian kok bermimpi didatangi kyai atau tuan guru di rumahnya yang berada di Selagalas Kota Mataram.
Selain itu, istrinya juga bermimpi membaca dua kalimat syahadat.
Mimpi tersebut menjadi petunjuk Ang Thian Kok dan isterinya Tee Mai Fung memeluk agama Islam. Sehingga pada 16 Mei 1989, mereka berdua memeluk agama Islam.
Setelah memeluk agama Islam, mereka mengganti nama menjadi Muhammad Maliki dan Siti Maryam serta menunaikan ibadah haji ke Mekkah.
"Maliki kemudian membangun dua masjid dengan arsitektur China di Dusun Jurang Malang Desa Pakuan Kecamatan Narmada dan Sangiang Desa Langko Kecamatan Lingsar Lombok Barat ini," ujar Sadli pada Rabu, (23/2/2022).
Masjid yang dibangun di Dusun Jurang Malang Desa Pakuan diberi nama Ar Ridwan sedangkan masjid yang dibangun di Sangiang Desa Langko diberi naama Abu Bakar Shiddiq.
Masjid Ar Ridwan yang dibangun di atas perbukitan di Dusun Jurang Malang Desa Pakuan Kecamatan Narmada berbentuk segi delapan. Di dalam masjid ada tempat untuk imam.
Kemudian di bagian luar pada dinding masjid ada tulisan kaligrafi dan foto tokoh-tokoh Islam seperti KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Warna merah sangat mencolok pada masjid ini.
Sadli mengatakan biaya pembangunan Masjid Ar Ridwan dari Maliki. Lokasi pembangunannya juga pada lahan milik Maliki.
"Dia dikasih mimpi sehingga dibikin masjid di tempat ini. Tempat ini dulunya bukit," tutur Sadli.
Karena bentuknya yang unik, keberadaan Masjid Ar Ridwan menjadi daya tarik tersendiri. Banyak wisatawan lokal, domestik dan mancanegara yang berkunjung ke sana.
"Karena unik, membuat banyak orang penasaran datang ke sini. Sehingga ini menjadi terkenal. Ini menjadi destinasi wisata religi," terangnya.
Masjid Ar Ridwan juga dimanfaatkan warga setempat sebagai tempat resepsi. Bahkan warga yang menggelar resepsi di sana diberikan uang sebesar Rp1,5 juta.
"Di sini juga tempat anak-anak mengaji pada Magrib. Pada hari Jumat saja tidak dipakai. Kemudian Sabtu dan Minggu, karena banyak pengunjung yang datang," ucapnya.
Sadli menambahkan Masjid Ar Ridwan bukan hanya dikunjungi wisatawan keturunan Tionghoa di dalam negeri. Tetapi ada juga wisatawan Tionghoa dari Malaysia.
Sebelum pandemi COVID-19, tempat tersebut banyak dikunjungi wisatawan.
"Orang-orang Tionghoa banyak berkunjung ke sini. Senang dia berkunjung ke sini. Ada orang keturunan China punya masjid, kaget juga mereka. Ada yang dari Jakarta datang ke sini. Ada juga dari Malaysia," tuturnya.
Kontributor : Lalu Muhammad Helmi Akbar