SuaraBali.id - Bencana banjir yang melanda dua kecamatan di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (6/12/2021) membuat sekitar 3.213 Kepala Keluarga (KK) terdampak. Kini mereka bertahan di tenda pengungsian setelah rumah beberapa rumah roboh karena tak kuasa menahan derasnya air yang datang.
Selain itu, ketinggian air di beberapa titik yang melewati ukuran tinggi orang dewasa membuat rumah para korban rata-rata belum bisa digunakan. Lumpur hingga tumpukan kayu yang ikut terseret bersama air juga mengotori rumah warga.
Kini warga dari dua yaitu Kecamatan Gunung Sari dan Batulayar terpaksa harus mengungsi. Tenda pengungsian tampak didirikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Selain berada di tenda pengungsian, tak sedikit juga warga memilih mengungsi ke masjid dan musala terdekat. Dan semalam, para korban banjir pun berkumpul di tenda pengungsian kecamatan Batulayar.
Baca Juga:Tanggul Sungai Jebol Langsung Mengarah ke Pemukiman, Rumah Warga di Lombok Barat Amblas
Warga yang bertahan di tenda pengungsian Batulayar terlihat letih. Selain karena harus memikirkan kondisi rumahnya, mereka juga harus beradaptasi dengan kondisi di tenda pengungsian yang serba minim.
Nyaris tak banyak yang dapat mereka bawa ke tenda pengungsian. Sebab, belum sempat menyelamatkan barang-barangnya, air terlanjur naik.
![Banjir menerjang rumah warga di Dusun Batu Layar Utara, Desa Batu Layar Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (6/12/2021). [Foto : Suara.com / Lalu Muhammad Helmi Akbar]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/12/06/87857-banjir-lombok.jpg)
"Saya cuman bawa baju yang saya pakai saja, tak sempat mikirin mau bawa apa-apa," kata Munasih (49) warga asal Batulayar saat ditemui di tenda pengungsian.
Ia mengatakan belum tahu sampai kapan akan berada di tenda pengungsian. Sebab, ia masih takut kembali ke rumah.
"Ndak tau ya, masih takut, ini kan juga hujan masih turun," katanya.
Baca Juga:Cuaca Ekstrem Akibatkan Banjir yang Genangi Rumah 404 KK di Lombok Barat
Melihat kondisi yang terjadi sekarang, kata Munasih, ia sangat mengharapkan bantuan pemerintah dan juga relawan.