Biaya Hidup Terus Naik, Buruh Anggap Rencana Kenaikan Upah 2022 Tak Cukup

Kenaikan UMP yang ditetapkan pemerintah dinilai tidak ada artinya karena tidak akan bisa meningkatkan daya beli masyarakat

Eviera Paramita Sandi | BBC
Rabu, 17 November 2021 | 10:15 WIB
Biaya Hidup Terus Naik, Buruh Anggap Rencana Kenaikan Upah 2022 Tak Cukup
BBC

SuaraBali.id - Kementerian Ketenagakerjaan diprotes para buruh karena rencana kenaikan upah minimum buruh sebesar rata-rata 1,09% pada 2022 dianggap terlalu kecil dan tak cukup untuk kebutuhan hidup layak.

Kenaikan UMP yang ditetapkan pemerintah dinilai tidak ada artinya karena tidak akan bisa meningkatkan daya beli masyarakat, khususnya buruh.

"Daya beli kan salah satu instrumennya dari tingkat upah, kalau daya beli turun, otomatis konsumsi turun. Kalau konsumsi turun, buruh berpendapat, pertumbuhan ekonomi tidak akan tercapai targetnya karena investasi dan government expenditure lagi hancur karena Covid," kata Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal.

Sedangkan selain itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) melalui Ketua Bidang Organisasi yang juga sekaligus Wakil Dewan Pengupahan Nasional, Adi Mahfudz Wuhadji, menilai kenaikan itu sudah sesuai dengan regulasi.

"Kami sebagai pengusaha sangat tidak keberatan karena memang sesuai dengan Undang-undang Cipta Kerja, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020, berikut turunannya yaitu PP 36 2021 tentang pengupahan," ujar Adi.

Sementara itu, ekonom CORE Indonesia, Hendri Saparini, mengatakan buruh, pengusaha, dan pemerintah harus saling berkomunikasi untuk menghindari perdebatan terkait upah pekerja sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

Penolakan buruh: "Biaya hidup terus naik"

Salah seorang pekerja di perusahaan otomotif, Doles Saorman Sinaga, menilai angka rata-rata kenaikan upah minimum yang ditetapkan pemerintah tidak memperbaiki kesejahteraan dia dan rekan-rekan buruh lainnya.

Dia merasa pemerintah tidak pernah berada di pihak rakyat ketika menentukan upah para pekerja.

"Saya selaku buruh dengan kenaikan itu, jauh dari kesejahteraan karena inflasi terus naik, biaya hidup terus naik. Dengan adanya pandemi juga pengeluaran masyarakat terus naik. Di sini pemerintah daerah maupun pusat lebih pro ke pengusaha daripada ke rakyat sendiri," kata Doles.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak