Pengaruh Dinasti Sukawati Dinasti Sukawati tumbuh pada abad 17 setelah salah satu putra beliau dari dinasti Sri Aji Kepakisan di Semarapura Klungkung dalam cerita dapat mengalahkan Ki Balian Batur yang meruntuhkan Kerajaan Mengwi sehingga beberapa wilayah Kerajaan Mengwi berada di bawah kekuasaan Dinasti Sukawati dengan Raja I Dewa Agung Anom Sukawati membawahi wilayah utara Taro, barat Sungai Wos, timur Pekerisan dan selatan Pantai Ketewel. Salah satu putra dari Raja Sukawati ini membangun kerajaan kecil di Desa Peliatan yang membawahi Ubud. Putra-putra dari kerajaan kecil Peliatan ini membangun puri-puri sebagai penguasa wilayah beberapa desa seperi jabatan manca dan punggawa.
Pada abad ke-18 Ubud menjadi kerajaan kecil di bawah pengausa yang bernama Tjokorde Gede Sukawati. Di sinilah nama Ubud mulai popular karena kiprah beliau menundukkan kerajaan kecil di sekitarnya sehingga Ubud bisa ikut serta menundukkan Mengwi bersama kerajaan Badung atas perintah Kerajaan Klungkung sehingga wilayah Ubud menjadi lebih luas pada akhir abad 18 (buku The Spell of Power, 1650-1940, Henk Schulte Nordholt, KITLV Press, 1996).
Pemerintahan Hindia Belanda
Terpecahnya Bali menjadi kerajaan kecil dan saling perang antarkerajaan memudahkan pemerintah kolonial Belanda memasuki Bali. Pertama melalui pelabuhan di Buleleng dikenal dengan Perang Puputan Jagaraga. Kerajaan Buleleng bisa dikuasai. Kedua Perang Kesumba untuk menguasai Klungkung tidak berhasil. Melalui Perang Puputan Badung tahun 1906 Belanda menguasai kerajaan Badung, salah satu kerajaan tangan kanan dari kerajaan Bali berpusat di Klungkung dan pada tahun 1908 kerajaan terbesar di Bali bisa dikuasai oleh Perang Puputan Klungkung. Memasuki era pemerintahan Belanda ini kerajaan di Bali diatur oleh Belanda. Tentunya raja-raja diatur oleh Belanda sehingga pada saat itu Ubud menjadi keponggawaan di bawah kekuasaan Raja Gianyar.
Pendidikan Era Belanda
Menurut tulisan dalam lontar dari kakek kami, Ubud tidak mau ikut terlibat dalam peperangan karena tentara Belanda memiliki senjata yang sangat lengkap walaupun penguasa di Ubud sudah menghunus keris maju perang membantu kerajaan-kerajaan lain yang berperang. Tetapi kakek saya yang merupakan tangan kanan penguasa Ida Tjokorda Raka Sukawati memilih berjuang melawan Belanda.
Melalui diplomasi dikirimlah putra raja Ubud yang paling sulung yang bernama Tjokorde Gede Raka Sukawati disertai paman kami bernama Anak Agung Ngurah Asti pada tahun 1912 untuk mengikuti pendidikan di tanah Jawa. Selepas dari pendidikan beliau pernah menjadi punggawa (seperti camat zaman sekarang ini) pada zaman pemerintahan Belanda dan akhirnya beliau dipilih menjadi anggota Volkrad.
Paman kami, Anak Agung Nurah Asti, beliau menjadi pekerja di pemerintahan Sunda Kecil di Buleleng. Pada saat Tjokorde Gede Raka Sukawati menjadi anggota Volkrad di Batavia, beliau bertemu dengan seorang seniman bernama Walter Spies. Beliau membujuk senian ini agar ia tinggal di Ubud dan beliau menempatkan seniman tersebut di Campuhan yang sekarang ada kawasan Hotel Campuhan.
Tinggalnya Walter Spies Karena kesibukan Tjokorde Raka Sukawati sebagai anggota Volkrad, beliau tidak bisa mendampingi Walter Spies dan meminta adik-adik beliau untuk mendampingi. Salah satu adik beliau yang paling bungsu bernama Tjokorde Gede Agung Sukawati yang sangat perhatian dengan seniman dan perpaduan budaya. Kedua orang ini telah membangkitkan para seniman di Ubud sehingga kita banyak mengenal karya I Gusti Nyoman Lempad, Ida Bagus Made, pematung Ida Bagus Nyana, pematung Tjokot dan banyak lainnya. Beliau lalu mengornganisir para seniman dalam sebuah organisasi yang bernama "Pita Maha". Kiprah Walter Spies tidak hanya ke para seniman lukisan dan pematung saja tetapi ia juga memberi perhatian pada seniman tari, mengkreasi bebebrapa tarian seperti Tari Kecak, Calon Arang. Gambuh di Batuan dan banyak tarian yang merupakan budaya lokal mendapatkan sentuhan dari Walter Spies.
Royale Paris Colonial Festival 1931 Peranan kakak beliau sebagai anggota Volkrad di Batavia dan adik beliau bungsu penggerak seniman dan budaya lokal telah membawa Ubud pada festival bergengsi pada tahun 1931 di Eropa. Misi kesenian budaya sampai kuliner telah mengemparkan jagat Eropa pada saat itu. Di sinilah nama Bali, Ubud dikenal secara internasional.