SuaraBali.id - Fenomena leak hingga saat ini masih menjadi kepercayaan masyarakat di Bali. Tokoh spiritual Bali yang juga pinisepuh Perguruan Sandhi Murti Indonesia, I Gusti Ngurah Harta, dalam sebuah diskusi di Denpasar menjelaskan bahwa ilmu ngeleak sejatinya bisa digunakan untuk berbagai kebaikan.
Namun demikian, Ilmu pengeleakan di Bali selama ini diidentikkan dengan sesuatu yang negatif atau jahat. Padahal sebenarnya ilmu Leak adalah aksara atau sastra ilmu pengetahuan.
"Dasa Aksara (10 huruf magis) ini bisa digunakan untuk berbagai hal, yakni bisa untuk pengobatan, bisa untuk kawisesan (kepandaian), atau kanuragan (beladiri), tergantung siapa yang memakai dan mau dipakai untuk apa," jelas Ngurah Harta.
Menurut Ngurah Harta, Dasa Aksara miliki vibrasi yang luar biasa. Setiap kata atau huruf memiliki kekuatan tersendiri.
"Oleh karena itu jangan sembarangan bicara, misalnya bilang kita tidak punya uang, nanti bisa betulan tidak punya uang. Jangan sekali-kali lakukan itu, karena setiap kata atau kalimat di Bali adalah doa. Di Bali kita percaya semua kalimat itu "medewa"," jelasnya.
Dalam Dasa Aksara, kata Ngurah harta, juga terdapat pelajaran tentang tujuan hidup orang Bali, yakni bagaimana cara mati yang baik dan benar.
"Dasa Aksara mengajarkan cara untuk mati yang baik dan benar. Jika dijabarkan lebih lanjut, antara lain bisa dilakukan dengan Trikaya Parisudha, yakni antara ucapan, perbuatan, dan pikiran yang baik harus serasi atau selaras," ujarnya.
Terkait Leak, Ngurah Harta mengakui selama ini "image" atau citra "Leak" (ilmu yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan magis dan bisa berubah wujud menjadi binatang, mahluk menyeramkan, atau benda tertentu) memang negatif.
"Kesannya memang menakutkan, padahal Leak itu adalah Dasa Aksara. Dasa Aksara ini dewanya Dewi Saraswati. Apa kita mau bilang Dewi Saraswati atau pengetahuan ini tidak baik atau jahat? Jadi ini kembali kepada manusianya, mau digunakan untuk apa Dasa Aksara itu, karena sebenarnya Dasa Aksara itu suci.
Sementara terkait "Cetik" atau sejenis santet khas Bali, selama ini informasinya masih samar-samar dan juga terkesan negatif.
Padahal sesungguhnya masalah cetik ini sudah dijelaskan dalam lontar cetik.
"Dalam lontar cetik ini sudah dijelaskan tentang 35 jenis cetik. Dalam lontar itu dijelaskan bahan-bahan untuk membuat sebuah cetik dan cara-cara mengobatinya. Juga dijelaskan bahwa cetik yang bagus adalah cetik yang baru bekerja 10 tahun setelah cetik itu diberikan atau dikirim kepada korbannya," paparnya.