Untuk Islam, juga punya wisata religi berupa adanya pondok pesantren yang menghasilkan tahfiz Alquran dan saat ini sudah mulai berkembang.
Berikutnya, budaya tradisional bubur putek (putih) atau Asyura. Dalam tradisi, sebenarnya bubur putek hanya dilaksanakan pada 10 Muharam atau saat pelaksanaan puasa Asyura.
Akan tetapi, di Dusun Kerandangan, Senggigi sendiri, peringatan bubur putek dilaksanakan 1 kali mulai 10 hingga mendekati berakhirnya bulan Muharam.
Warga Kerandangan setiap tahunnya selalu memilih peringatan bubur putek ini dilaksanakan pada hari Jumat karena memang pada hari itulah warga biasanya bisa berkumpul.
Baca Juga:Wisata Bali: Wagub Cok Ace Rancang Skema Essential Travel untuk Turis Asing
Bubur Asyura atau bubur putek dibuat untuk disantap bersama. Di dusun Kerandangan ini, pembuatannya dilakukan secara beramai-ramai dan bergotong royong.
"Kami setidaknya sudah menginventarisasi sekitar 15 seni dan budaya yang bisa diangkat untuk destinasi Desa Wisata Senggigi ke depannya," kata Mastur.
Disebutkan pula bahwa kesemuanya akan perlahan-lahan ditata sehingga wisatawan yang berkunjung ke Pantai Senggigi akan menikmati suasana hutan sampai kebudayaannya yang menarik.
Potensi ini harus dimulai dari sekarang. Dia pun berharap saat new season wisatawan sudah benar-benar bisa menikmati segala potensi wisata yang ada di Senggigi.
Geliatkan Senggigi
Baca Juga:Tips Liburan Murah ke Bali Selama Seminggu Ala Backpacker
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, terus menggeliatkan kawasan wisata Senggigi karena berada dalam lingkaran destinasi superprioritas Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.