Bahan alami yang digunakan dibuat sendiri. Untuk cat menyerupai kulit manusia dibuat dari tulang babi guling dan tanduk menjangan.
Bahan-bahan ini dibakar sampai menjadi tepung kemudian diulek hingga halus. Baru kemudian ditambahkan ancur Prancis.
"Warna Bali tidak bisa mati. Bahkan semakin lama ia akan tampak semakin bagus. Akan tampak persis seperti warna kulit manusia," tukas Made Regug.
Selain itu, warna alami juga didapatkan dari mangsi saat pembuatan minyak tandusan (lengis tandusan).
Baca Juga:Selain Sedapkan Hidangan, Bumbu Bali Bisa Menjadi Pengawet Makanan dan Cegah Keracunan
Untuk menyelesaikan satu tapel, diperkirakan membutuhkan waktu minimal 10 hari. Mulai dari mencari bentuk, mengukir hingga memulas. Dalam membuat topeng, Made Regug tampaknya punya taksu tersendiri dengan membuatnya di sebuah gubuk reot.
Gubuk ini berada tak jauh dari kediamannya. Dengan dibantu tongkat bambu kecil, Made Regug berjalan perlahan menuju lokasi workshopnya.
"Di sini tempatnya asri, tenang untuk bekerja. Di tempat ini juga tyang dapat inspirasi bagaimana membuat tapel sesuai keinginan pemesan," jelasnya didampingi Bendesa Pakraman Lantangidung, I Wayan Sujana.
Mengenai keberadaan seniman topeng di Banjar Lantangidung, Wayan Sujana menyatakan perhatian pemerintah masih minim. Bukan dalam hal materi, namun penghargaan terhadap seniman yang telah berkiprah sejak puluhan tahun.
"Bukan berarti memberatkan pemerintah agar menengok setiap waktu, tetapi bagaimana pemerintah mengetahui keberadaan para seniman yang turut mengajegkan kesenian Bali," jelas Bendesa yang mantan Kepala Samsat Gianyar ini.
Baca Juga:4 Fitur Rolls-Royce Cullinan Bespoke yang Selaras untuk Berkendaraan Wisata Bali
Pihaknya berharap Made Regug dipertimbangkan untuk mendapatkan penghargaan setingkat provinsi Bali.