Dampak Pandemi Covid-19, Ini Deretan Tantangan Industri Kargo Bali

Kegiatan pelayaran rendah dan membuat vessel yang beroperasi tambah sedikit.

Dythia Novianty
Selasa, 29 Juni 2021 | 18:36 WIB
Dampak Pandemi Covid-19, Ini Deretan Tantangan Industri Kargo Bali
Ilustrasi industri kargo. [Markus Distelrath/Pixabay]

SuaraBali.id - Pandemi Covid-19 yang belum kunjung membaik, memberikan dampak cukup besar pada industri kargo di Bali.

Penurunan permintaan konsumen dan menurunnya kuantitas operasional kapal sebagai akibat dari naiknnya biaya jasa pelayaran kontainer (carrier).

"Kita kekurangan kontainer dalam dunia global dan semakin sedikit kapal yang beredar di laut sekarang karena permintaan ekonomi sedang turun juga semua," keluh Owner Adhi Dharma Cargo, Hendra Arimbawa, dilansir laman BeritaBali, Selasa (29/6/2021).

Selain itu, dia menambahkan, kegiatan pelayaran rendah dan membuat vessel yang beroperasi tambah sedikit.

Baca Juga:Pungutan Tak Sesuai Aturan Merajalela, Industri Galangan Kapal Batam Ancam Mogok kerja

"Sangat sulit mencari keseimbangan permintaan dan ketersediaan kontainer" ungkapnya.

Menurut Hendra, semua itu menyebabkan para pengusaha kargo harus berjibaku untuk mengonfirmasi ketersediaan kontainer dan juga konektivitasnya.

Bahkan, sebelum kontainer sampai ke Bali, kontainer sudah jadi rebutan ketika ada di Surabaya.

"Sudah ludes semua di Surabaya, jadi tidak ada yang ke Bali. Jadi kontainer yang ada itu ketika tiba di Surabaya kita harus rebutan juga dengan kargo-kargo yang ada di Surabaya dan sekitarnya," jelasnya.

Hal ini menyebabkan harga berlipat ganda. Terlebih ada yang berani menawarkan lebih agar bisa diangkut di kapal pelayaran.

"Misalkan harga standarnya 5.000 dolar AS kemudian ada yang berani bayar 5.500 dolar AS, seperti itu jadi efek dominonya," kata dia.

Baca Juga:Koleksi Mobil Cristiano Ronaldo Bertolak dari Turin, Ada Apakah Gerangan?

Para perusahaan pelayaran itu, lanjutnya, di satu sisi belum tentu juga mendapat untung karena mereka muatan logistik yang banyak, tapi kekurangan armada.

"Mereka juga perlu menekan biaya juga, jadi serba sulit tarikan antara bagaimana provider dari liner itu menyiapkan kontainer agar kita bisa kirim dan mereka juga berpikir, bagaimana cara agar dapat mengirim dengan harga yang murah, jadi saling banyak kepentingan saat ini," paparnya.

Ia mengungkap tiga penyebab biaya pelayaran logistik naik. Pertama adalah karena dampak pandemi yang membuat ekonomi menjadi lesu.

Kedua adalah karena "shortage" atau kekurangan kontainer karena pelayaran merespon sepinya pasar, jadinya tidak berani mengeluarkan vessel atau kapal yang banyak mengingat biaya operasional.

"Jadi itu yang menyebabkan kenapa orang-orang pada rebutan karena schedule semakin tipis, semakin sedikit space, kontainer semakin sedikit tapi ekonomi global tetap perlu kontainer," sebutnya.

Ketiga karena peak season atau musim puncak dimana orang-orang di Amerika merayakan Hallowen, kemudian negara Eropa untuk musim panas juga telah melakukan pengiriman dari sekarang.

Selain itu, adanya penerapan peak season surcharge.

Belum lagi ada kejadian kecelakaan di Terusan Suez yang menyebabkan runtutan efek domino terhadap kejadian-kejadian, yang menyebabkan harga-harga meningkat dan lalu lintas pengiriman logistik juga kurang baik di laut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini