Sebuah fenomena aneh kemudian terjadi. Setelah mereka menutupi tubuh bagian atas, penyakit TBC menjamur.
Perempuan yang telah menutupi dadanya dengan selembar kain, kemudian menanggalkannya. Mereka kemudian menggunakannya untuk menutupi kepala dan mata ketika berpapasan dengan seorang asing.
Namun para perempuan tua tetap saja berjalan kemana-mana, di desa dan di sawah, ketika bersama keluarga, di rumah berdinding tinggi, dengan bertelanjang dada.
Pada pertengahan 1920-an, seorang penulis perjalanan, Louis Cuperus, menulis:
Baca Juga:Wisata Bali: Pengusaha Kuliner Mie Kober Ida Bagus Hartawan, yang Bisnis Agro Pertanian
Di sini, di Bali, para seniman berkesempatan mengamati bentuk-bentuk indah, yang belum terdistorsi oleh gaya hidup apapun yang tidak alami. Mereka nyaris tak tertutup karena perempuan Bali membiarkan tubuh bagian atasnya tak tertutup. Sekelompok perempuan di Bali yang bagian bawahnya tertutup dengan sarung batik bercorak artistik dan warna-warninya hidup tampak seperti sekelompok patung perunggu yang sedang bergerak dan pasti akan menyenangkan pencinta estetika manapun.