
Pencabik jasad ini biasanya akan naik ke atas jasad, sehingga tak ada perasaan jijik atau takut sebagaimana ketika mereka sadar dan dipenuhi rasa kebahagiaan.
Setelah berhasil mencabik-cabik jasad tersebut, cabikan mayat di oper-operkan dengan diiringi gamelan baleganjur yaitu gamelan khas Bali, dengan guturan air yang membuat pencabik menjadi semakin bersemangat. Kemudian jenazah dibawa ke tempat upacara ngaben atau dikremasi.
Dalam pelaksanaan Mesbes Bangke pencabik mayat atau mereka yang berpartisipasi dalam tradisi ini hanyalah warga setempat.
Tidak diperbolehkan bagi masyarakat di luar wilayah tempat tinggal jenazah untuk mengambil bagian, dan apabila hal itu dilanggar akan berakibat fatal.
Baca Juga:Wisata Bali: Kawi Resort Bali Menyasar Pasar Domestik untuk Atasi Krisis Pandemi
Penduduk yang mengangkat jenazah juga diharuskan memiliki tenaga yang kuat, karena selama prosesi Mesbes Bangke berlangsung jasad tidak boleh sampai jatuh ke tanah.
Tradisi Mesbes Bangke Masa Kini
Untuk menghilangkan kesan kejam, saat ini tradisi Mesbes Bangke telah diperbaiki sistemnya. Pihak keluarga dan prajuru Banjar melapisi jasad dengan banyak pembungkus.
Di antaranya, tikar, bambu, kain yang diikat rantaiselebar 5 cm serta dibungkus lagi pakai tikar, kain dan diikat lagi menggunakan rantai 3 cm. Sehingga tubuh jasad yang sudah tertutup dan pemandangan daging dicabik tidak terlihat lagi.
Sumber: Universitas Mahendradatta, UNHI
Baca Juga:Pelatih Bali United Sambut Positif Gelaran Piala Wali Kota Solo
Kontributor : Kiki Oktaliani