Maurilla Sophianti Imron, Kartini Penjaga Laut Bali dari Sampah Plastik

Maurilla Sophianti Imron membuktikan dengan jalan senyap, dia menjadi penjaga laut bali dari kerusakan lingkungan. Terutama sampah plastik.

Pebriansyah Ariefana
Rabu, 21 April 2021 | 15:56 WIB
Maurilla Sophianti Imron, Kartini Penjaga Laut Bali dari Sampah Plastik
Maurilla Sophianti Imron (Antara)

Komunitas Zero Waste Indonesia berdiri sejak 2018 dengan tujuan memberikan solusi bagi orang-orang yang ingin berkontribusi terhadap lingkungan, tapi masih bingung bagaimana caranya.

Lewat komunitas ini, dia ingin menyediakan platform gaya hidup minim sampah dari hulu ke hilir, mulai dari mencegah hingga mengolah sampah, dengan bahasa yang mudah dicerna.

"Aku sadar mengubah gaya hidup bukan sesuatu yang mudah, jadi kami ada untuk menjadi sistem pendukung. Karena melakukan secara bersama-sama lebih mudah dan terlihat signifikan daripada melakukan sendiri."

Perjalanan Zero Waste Indonesia sebagai komunitas dan bisnis sosial dimulai dari dua orang sampai akhirnya berkembang menjadi 24 orang. Akun Instagram komunitas ini kini sudah memiliki 140.000 pengikut. Seiring waktu berjalan, semakin banyak orang-orang yang tertarik untuk secara tulus bertumbuh bersama dalam bersama-sama mencintai bumi.

Baca Juga:Peringati Hari Kartini, Ini Kata Maudy Ayunda Tentang Perjuangan Perempuan

Maurilla Sophianti Imron (@murielimron)
Maurilla Sophianti Imron (@murielimron)

"Karena kekokohan sebuah komunitas harus dimulai dari dalam terlebih dahulu, ini tantangan yang cukup sulit di awal."

Ibu dari satu anak yang juga content creator ini mengatakan setiap tahun ZWID fokus kepada kampanye dengan satu topik besar. Tahun ini, fokus diarahkan kepada limbah medis, bagaimana cara mengurangi dan mengelola limbah medis agar tidak berbahaya untuk makhluk lain.

"Kita juga baru membuat dua program baru di platform kami yaitu Carbon Calculator untuk menghitung emisi karbon yang kita hasilkan setiap harinya dan juga Forum di mana sobat ZWID dapat berinteraksi," jelasnya.

Tahun lalu, mereka mengajak orang-orang untuk berkomitmen tidak membeli pakaian baru selama tiga bulan sebagai implementasi slow fashion untuk mengurangi sampah fesyen dan limbah tekstil dalam gerakan Mulai Dari Lemari.

Orang yang ikut berpartisipasi diajak untuk mencari alternatif baju baru, seperti meminjam, menyewa, bertukar, menjahit sendiri, atau membeli baju bekas.

Baca Juga:Hari Kartini: Retno Marsudi Beri Tips untuk Membangun Karier pada Perempuan

Maurilla Sophianti Imron (@murielimron)
Maurilla Sophianti Imron (@murielimron)

Membeli baju baru sama sekali tidak dilarang bila memang butuh, yang penting adalah memahami bahwa berbelanja baju baru bukan sekadar tergiur tren. Akan lebih baik bila membeli dari label fesyen berkelanjutan atau label lokal untuk mendukung wirausaha yang terdampak pandemi COVID-19.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini