Ibu dari satu anak yang juga content creator ini mengatakan setiap tahun ZWID fokus kepada kampanye dengan satu topik besar. Tahun ini, fokus diarahkan kepada limbah medis, bagaimana cara mengurangi dan mengelola limbah medis agar tidak berbahaya untuk makhluk lain.
"Kita juga baru membuat dua program baru di platform kami yaitu Carbon Calculator untuk menghitung emisi karbon yang kita hasilkan setiap harinya dan juga Forum di mana sobat ZWID dapat berinteraksi," jelasnya.
Tahun lalu, mereka mengajak orang-orang untuk berkomitmen tidak membeli pakaian baru selama tiga bulan sebagai implementasi slow fashion untuk mengurangi sampah fesyen dan limbah tekstil dalam gerakan Mulai Dari Lemari.
Orang yang ikut berpartisipasi diajak untuk mencari alternatif baju baru, seperti meminjam, menyewa, bertukar, menjahit sendiri, atau membeli baju bekas.
Baca Juga:Peringati Hari Kartini, Ini Kata Maudy Ayunda Tentang Perjuangan Perempuan

Membeli baju baru sama sekali tidak dilarang bila memang butuh, yang penting adalah memahami bahwa berbelanja baju baru bukan sekadar tergiur tren. Akan lebih baik bila membeli dari label fesyen berkelanjutan atau label lokal untuk mendukung wirausaha yang terdampak pandemi COVID-19.
Komunitas ini juga punya gerakan Tukar Baju yang disambut secara antusias. Dia mengungkapkan, dari 16 kali acara di enam kota berbeda, ada lebih dari 13.500 baju ditukar dalam kampanye yang diharap bisa membantu mengurangi sampah industri fesyen. Dengan menukar baju yang masih layak pakai, diharapkan usia baju bertambah sehingga tidak berakhir di tempat sampah saat pemiliknya merasa bosan.
"Ini dapat menyelamatkan bahan kain yang berpotensi menjadi sampah tekstil berukuran tiga kali luas lapangan bola. Pada Earth Day nanti kita juga akan launch TukarBaju daring," katanya.
Perempuan yang berdomisili di Nusa Dua, Bali, ini mengatakan ada semakin banyak orang yang mengerti tentang gaya hidup minim sampah. Informasi gaya hidup minim sampah kian banyak ditemukan, banyak juga yang mempraktikkan. Selebritas-selebritas juga kian vokal menyuarakan ajakan untuk mencintai lingkungan dengan meminimalkan sampah. Penggunaan kantong plastik sekali pakai di toko swalayan dan pusat perbelanjaan juga telah dilarang di DKI Jakarta sejak 1 Juli 2020. Aturan tersebut dibuat untuk mengurangi timbunan sampah dari kantong plastik.
"Kita mulai bergerak ke arah yang baik, ditunjukkan oleh banyaknya bisnis yang menggunakan sustainable approach, juga hasil riset yang membuktikan bahwa masyarakat mau mengeluarkan uang lebih untuk membeli barang yang eco dan holistik."
Baca Juga:Hari Kartini: Retno Marsudi Beri Tips untuk Membangun Karier pada Perempuan
"Tentunya kami tidak berjuang sendiri, hasil yang sekarang terlihat di masyarakat adalah berkat kerja sama dan kolaborasi dari banyak instansi, industri, dan juga organisasi atau komunitas."
Gaya hidup minim sampah bisa diawali oleh setiap individu, dimulai dari niat dan alasan yang kuat. Dia menyarankan untuk mencari alasan itu lewat asupan informasi dari dokumenter hingga webinar soal lingkungan. Setelah itu, mulailah merefleksikan sampah apa saja yang dihasilkan dan cari tahu apa yang bisa dikurangi.
"Putuskan untuk mengurangi dari satu hal dan konsisten," katanya.
Hal kecil bisa dimulai dari mengurangi sedotan plastik, sendok garpu plastik, tas plastik sekali pakai hingga air botol mineral dalam kemasan. Mulai biasakan diri membawa kotak makan serta kantong sendiri ketika berbelanja, mengganti pembalut sekali pakai dengan pembalut kain atau menstrual cup, memilah sampah di rumah juga belajar membuat kompos.
"Juga terapkan 6R: Rethink, Refuse, Reduce, Reuse, Recycle and Rot. Ketika itu ada di dalam pola pikir, kita akan jadi orang yang lebih kritis dalam membuat keputusan sehari-hari," tutup dia. (Antara)