Kasus COVID-19 Fluktuatif, Murid Sekolah di Buleleng Bali Belum Tatap Muka

Naik-turunnya kasus positif Corona membuat rencana pembelajaran tatap muka di Bali ditangguhkan. Contohnya di Kabupaten Buleleng.

RR Ukirsari Manggalani
Rabu, 23 Desember 2020 | 15:53 WIB
Kasus COVID-19 Fluktuatif, Murid Sekolah di Buleleng Bali Belum Tatap Muka
Kegiatan Belajar di Kabupaten Buleleng untuk tahun depan belum diputuskan untuk tatap muka [Beritabali.com/Istimewa].

SuaraBali.id - Angka kemunculan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 per hari di Buleleng, Bali tergolong fluktuatif. Dikutip dari Beritabali.com, jejaring SuaraBali.id, Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Buleleng mencatat ada 15 orang yang terkonfirmasi per 22 Desember 2020. Sementara per 21 Desember 2020, nihil kasus.

Kondisi kasus positif itu terus naik turun atau tidak pasti. Kondisi seperti ini turut membawa dampak pada sektor lain, seperti rencana pembukaan sekolah atau pembelajaran tatap muka yang direncanakan Januari 2021.

Putu Agus Suradnyana, Bupati Buleleng menyatakan bahwa ia masih belum berani memutuskan untuk membuka sekolah jika jumlah terkonfirmasi tidak stabil. Pasalnya kondisi ini menandakan potensi penyebaran penularan virus masih cukup tinggi.

"Saya masih memantau kondisi terkini. Masih membingungkan, grafiknya naik turun terus. Apalagi ada prediksi Desember adalah puncak, kemudian Januari menurun," jelas Agus Suradnyana, Selasa (22/12/2020).

Baca Juga:Dorong Populasi Mobil Listrik, Pemerintah Thailand Kerek Pajak Mobil Bensin

Ia menegaskan masih harus menunggu kajian yang lebih lengkap dari Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Buleleng.

Dan mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan menerapkan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan di tempat air mengalir.

3M ini sangat efektif untuk menghentikan penularan Covid-19 karena yang paling dikhawatirkan yakni penularan dari orang tanpa gejala.

Gede Suyasa, Sekretaris Satgas Penanganan COVID-19 Buleleng menyebutkan salah satu indikasi yang harus ditaati untuk membuka sekolah atau pembelajaran tatap muka adalah tidak ada potensi penularan atau risiko penularan rendah.

"Apakah situasi daerah kita benar-benar aman dari penularan, apakah risikonya rendah atau tidak ada, baru kita bisa melangkah ke tatap muka. Baru ada antisipasi awal," jelas Gede Suyasa.

Baca Juga:Tega, Culik Anak Usia 10 Tahun di Denpasar Bali karena Inginkan Ponsel

Ia menyatakan, jika jika semua persyaratan telah terpenuhi untuk pembukaan pembelajaran tatap muka, maka ada langkah-langkah lain harus dilakukan agar sekolah bisa dibuka. Yakni dengan melakukan pemeriksaan tes usap pada guru.

Bila perkembangan kasus masih tidak menunjukkan kepastian, maka pemerintah daerah tidak akan mengambil kebijakan untuk melaksanakan belajar tatap muka.

"Di antara dua komponen itu, guru dan murid sama-sama memiliki lingkungan masyarakat dan keluarga. Sehingga keduanya berpeluang tertular tidak hanya di sekolah. Kalau daerah kita sudah aman, pasti diperkenankan untuk menjalankan tatap muka," tukas Gede Suyasa.

Selain kemunculan kasus 15 terkonfirmasi positif di Kabupaten Buleleng, tercatat 12 pasien dinyatakan sembuh dari COVID-19 dan 58 orang masih dalam perawatan dan isolasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini