SuaraBali.id - Lahan pertanian dI Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat terus menyempit. Kekinian, hanya tersisa 1.487 hektare yang dapat digunakan.
Padahal di tahun 2019, tersedia lahan seluas 1.513 hektare. Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram H Mutawalli menuturkan penyusutan ini disebabkan oleh maraknya alih fungsi lahan.
"Pengurangan areal pertanian itu yang dipicu karena alih fungsi yang mencapai 26 hektare untuk berbagai kebutuhan, terutama untuk perumahan," ujarnya seperti dikutip dari Antara, Selasa (28/7/2020).
Data sisa areal pertanian Kota Mataram tersebut, terang berMutawalli merupakan data dari Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Baca Juga:Digerebek di Warung, Bandit Rampok Bacok Polisi Pakai Samurai
Ironisnya, jumlah areal pertanian di Mataram ke depannya diprediksi akan terus menurun seiring dengan semakin tingginya alih fungsi lahan untuk kebutuhan.
Terlebih setelah adanya rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang membolehkan aktivitas pembangunan pada beberapa titik.
Di mana lokasi tersebut sebelumnya dilarang untuk pembangunan, sehingga alih fungsi lahan di kota itu sulit dibendung akibat pesatnya perkembangan di daerah ini.
"Untuk membendung alih fungsi lahan memang tidak mudah, karena perkembangan kota sudah sedemikian rupa sehingga mau tidak mau alih fungsi lahan tidak bisa kita hindari," terangnya.
Mutawalli mengatakan, kecuali lahan pertanian yang tidak boleh dibangun adalah lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) seluas 509 hektare.
Baca Juga:Gubernur NTT Minta Data Stunting Tingkatkan Akurasi
Area tersebut telah ditetapkan dan dikuatkan dengan regulasi sehingga tidak boleh dibangun dalam jangka waktu tertentu.
"Karena itu, setiap tahun kita memberikan bantuan sarana dan prasarana produksi bagi petani pemilik lahan yang ditetapkan sebagai areal LP2B, sesuai dengan komitmen sebelum penetapan," katanya.
Menurutnya, berkurangnya lahan pertanian di Kota Mataram berdampak pada penurunan produksi gabah kering panen.
Produksi gabah kering panen di Mataram yang ditargetkan mencapai 32 ribu ton di tahun sebelumnya, kekinian menyusut.
"Tapi tahun ini, kita menurunkan target menjadi 29 ribu ton gabah kering panen," katanya.