Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 19 September 2025 | 13:46 WIB
Ilustrasi pantai Kuta [Istimewa/beritabali.com]
Baca 10 detik
  • Sejarah Kuta yang tak banyak diketahui 
  • Saat Majapahit mendarat, Kuta hanya hutan rimba
  • Dulu jadi kawasan bebas bagi turis, kini tak sebebas dulu 

SuaraBali.id - Siapa yang tak kenal wilayah Kuta, Bali. Kawasan yang dikenal sebagai jantung pariwisata Pulau Bali ini selalu jadi rujukan banyak wisatawan.

Kuta adalah sebuah kecamatan yang memiliki luas 17,5 km2 yang saat ini mempunyai banyak pantai wisata favorit bahkan terkenal di dunia.

Namun tak banyak yang tahu bahwa dulunya Kuta adalah  tempat pertama mendaratnya pasukan bala tantara kerajaan Majapahit pada tahun 1334.

Dahulu kala Kuta dikenal dengan nama Benteng.

Hal ini sesuai prasasti yang tersimpan di Pura Sanggaran, tidak jauh dari kawasan Kuta.

Saat Majapahit mendarat, Kuta hanyalah hutan rimba.

Namun lokasinya yang strategis menjadikan Kuta mendapat tempat di hati para pedagang dari berbagai daerah di Nusantara dan luar negeri yang singgah dalam pelayaran mengarungi samudera.

Sebelum terkenal seperti sekarang, Kuta dulu sering dijadikan tempat persembunyian bagi  perampok dan bajak laut, bahkan sebagai pusat penyelundupan candu ke Jawa sekitar 1826.

JS Wettters, seorang tentara Belanda berpangkat kapten akhirnya ditempatkan sebagai pengawas keamanan pantai di Kuta.

Baca Juga: Ramai Beredar ASN di Bali Diminta Donasi Banjir dari Rp 150 Ribu Sampai Rp 1 Juta

Selain itu, juga tercatat seorang pedagang asal Banyuwangi, Jatim, bernama Jembrong, pada awal Agustus 1835, mulai menetap di Kuta.

Tanggal 1 Agustus 1839 didirikannya ’Nederlandche Handel Maatsschappiy-NHM’ sebagai perusahaan dagang Belanda pertama di Bali yang sempat eksis selama empat tahun (1843).

Setelah itu pada April 1927, menetap lagi Pierre Dubois, Wakil Pemerintah Hindia Belanda karena Kuta sangat strategis sebagai pintu keluar-masuk barang terutama dari Singapura.

Pada 1835 sudah ada sekitar 40-an perahu yang menyemarakkan pelabuhan Cautaen (Kuta).

Perahu-perahu dari Singapura itu  bersandar di Pelabuhan Kuta dengan membawa mata dagangan berupa besi, kain dan kebutuhan lainnya buatan Cina.

Pemerintah Hindia Belanda dan para raja yang berkuasa di Badung, Bali, akhirnya menetapakan Kuta sebagai sebuah pelabuhan defenitif guna mendukung arus bongkar muat kapal-kapal asing dari Eropa maupun Asia Pasifik.

Load More