SuaraBali.id - Sebanyak 18.503 sambaran petir yang terjadi pada 8-14 September 2025 atau selama pra dan saat masa tanggap darurat bencana banjir di Bali.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) petir yang menyambar ke tanah lebih banyak.
“Sambaran petir dari awan ke tanah lebih banyak,” kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Rully Oktavia Hermawan di Denpasar, Bali, Kamis (18/9/2025).
Ia merincikan bahwa ada 15.979 sambaran petir dari awan ke tanah (cloud to ground/CG) dan sisanya sebanyak 2.524 sambaran petir di dalam awan (intracloud/IC).
Dijelaskan BMKG bahwa petir dari awan ke tanah merupakan jenis petir yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan bangunan, kebakaran hingga kematian.
Dari sebanyak 15.979 petir CG itu, petir dari awan ke tanah positif (CG+) atau petir dengan muatan positif dengan ciri sambaran tunggal sebanyak 5.857 dan petir dari awan ke tanah negatif (CG-) atau petir dengan muatan negatif dengan ciri sambaran bercabang banyak mencapai 10.122 sambaran petir.
Terbanyak di Tabanan
Sambaran petir di Bali ini paling banyak terjadi di Kabupaten Tabanan sebanyak 8.265 sambaran petir, Badung (2.390), Buleleng (1.921), Gianyar (826), Klungkung (821), Kota Denpasar (688), dan daerah lain dengan jumlah lebih sedikit.
Banyaknya petir yang terjadi di Kabupaten Tabanan mengindikasikan tingginya potensi pembentukan awan konvektif atau awan hujan di wilayah itu.
Baca Juga: Status Tanggap Darurat di Bali Dicabut, Koster Putuskan Tak Memperpanjang
Ada pun awan cumulonimbus (CB) merupakan awan yang paling sering menghasilkan sambaran petir.
Menurut BMKG, ditinjau dari segi kerapatan wilayah, aktivitas petir itu termasuk kategori rendah yakni kurang dari delapan sambaran petir per kilometer persegi dan di atas 16 sambaran petir per kilometer persegi untuk kategori tinggi.
Sebelumnya, banjir besar dan tanah longsor bersamaan terjadi di tujuh kabupaten/kota di Bali yakni di Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Tabanan, Klungkung, Bangli, Karangasem dan Jembrana pada Rabu (10/9) dini hari setelah hujan lebat mengguyur sejak Selasa (9/9/2025).
Menurut BMKG, pada periode tersebut terjadi curah hujan ekstrem dengan intensitas mencapai 380 milimeter dalam sehari atau setara curah hujan satu bulan penuh.
Gubernur Bali Wayan Koster menyebutkan bencana alam itu diperkirakan tidak pernah terjadi sejak kurun waktu 70 tahun terakhir yang mengakibatkan 18 orang tewas dan empat korban lainnya masih dalam pencarian hingga saat ini karena dilaporkan hilang.
Saat ini, Pemerintah Provinsi Bali telah mencabut status tanggap darurat banjir per Rabu (17/9) dan memasuki tahap pemulihan. (ANTARA)
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran