SuaraBali.id - Puluhan warga Kota Mataram mendirikan tenda jualan di trotoar jalan Airlangga.
Suasana jalan tersebut terlihat meriah karena setiap lapak menjajakan aneka makanan khas lebaran topat (ketupat).
Penjualan makanan khas lebaran lebaran ketupat ini hanya dua hari H-1 hingga pada hari perayaannya.
Warga yang berjualan itu hanya memanfaatkan momentum.
Baca Juga: Tradisi Unik Lebaran di Lombok: Tradisi Tiu Sampai Lebaran Topat
Pasalnya, aktivitas sehari-harinya bukan jualan ketupat melainkan kopi dan bahkan jualan cilok.
Hanya saja, setiap lebaran ketupat banyak masyarakat yang tidak sempat untuk memasak.
Sehingga jalan Airlangga Kota Mataram sudah cukup terkenal sebagai pusat penjualan menu khas lebaran ketupat.
Para pedagang mulai menjajakan jualannya dari siang H-1 lebaran.
Salah seorang pedagang di kawasan tersebut Erni mengatakan, menjual menu makanan ini hanya setiap lebaran ketupat.
Baca Juga: Kronologi Warga Terkena Ledakan Petasan 8 Kilogram, Diotak-atik Langsung Terpental
Sedangkan aktivitas sehari-harinya itu menjual kopi di kawasan Taman Budaya.
"Ini karena momen lebaran Topat. Makanya jual makanan khas lebaran Topat," ujarnya sambil merapikan jualannya.
Tahun-tahun sebelumnya, omset yang diperoleh cukup banyak yaitu mencapai Rp3 juta selama dua hari.
Omset ini tentunya tergantung dari modal atau jenis makanan yang dijual kepada pembeli.
"Selama dua hari itu bisa sampai Rp3 juta tahun lalu. Tapi ini tergantung dari modal atau aneka makanan yang kita jual," tuturnya.
Berbagai jenis makanan yang dijual yaitu ketupat, lontong, lepet ketan, opor ayam, telur, tahu tempe hingga urap-urap.
Menu yang dijual ini bisa dibeli per porsi mulai dari Rp15 ribu hingga Rp20 ribu tergantung dari menu yang dipilih.
"Mulai Rp15 ribu seporsi dan ada yang Rp20 ribu tergantung dari ikannya. Kita siapkan tikar bagi yang mau makan di tempat," katanya.
Selain itu, masyarakat juga bisa hanya membeli ketupat, lepet ketan atau lontong saja.
Untuk ketupat dan lepet ketan yaitu Rp20 ribu per bungkus yang berisi lima buah.
"Biasanya kita jualan sampai habis. Orang-orang yang malas masak itu bisa beli di sini. Kita sudah disiapkan menu-menunya," katanya.
Ia mengaku, pemda memberikan toleransi untuk memanfaatkan trotoar untuk berjualan.
Karena pemanfaatan trotoar juga hanya dua hari dan tidak secara permanen.
"Diperbolehkan sama pemerintah. Kita juga jualannya sebentar," katanya.
Menurutnya, tahun ini lebih sepi dari biasanya. Lantaran aparatur sipil negara (ASN) belum masuk kerja.
Karena jika dibandingkan dengan tahun lalu, ASN yang pulang kerja biasanya ramai membeli menu – menu yang dijual.
"ASN biasanya beli. Tapi sekarang libur makanya tidak terlalu ramai dan kita harapkan orang-orang yang lewat ini," harapnya.
Erni menyebut dalam sekali membuat ketupat yaitu mencapai 10 kilogram.
Sedangkan untuk jajan lepet ketan itu sebanyak 5 kilogram.
"Kita buat tergantung ya. Tapi biasanya 10 kg. Kalau habis ya buat lagi," katanya.
Sementara itu, pedagang yang lain Sahni juga mengatakan hal yang sama.
Kondisi tahun ini tidak terlalu ramai seperti tahun lalu.
Menu yang dijual juga tidak terlalu banyak dan omzet yang didapatkan yaitu mencapai Rp1 juta.
"Nggak terlalu ramai jika dibandingkan dengan lebaran kemarin itu ramai. Kalau omset ya tergantung modal," katanya.
Jualan menu khas lebaran ketupat ini juga hanya memanfaatkan momentum.
Dimana biasanya, Sahni mengaku jualan cilok (bakso).
"Ini karena momen lebaran topat. Menu yang dijual yaitu sayur ares, opor ayam, telur dan lainnya," katanya.
Sebagaimana diketahui, tiap tahunnya, tepatnya seminggu pasca Hari Raya Idul Fitri, masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) khususnya di Pulau Lombok biasanya merayakan hari Lebaran Topat.
Tradisi ini sudah berlangsung cukup lama dan bahkan masuk menjadi kalender event pemerintah daerah setempat.
Nama "Topat" sendiri merujuk pada ketupat, makanan khas yang terbuat dari beras yang dibungkus anyaman daun kelapa.
Bagi masyarakat Lombok, ketupat bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol kebersamaan, pengampunan, dan kesucian setelah menjalankan ibadah puasa.
Berita Terkait
-
Asal-usul Tradisi Lebaran Ketupat: Punya Makna Mendalam, Tak Cuma soal Sajian Kuliner
-
Lebaran Ketupat: Tradisi Unik Setelah Idulfitri dan Maknanya Bagi Umat Muslim
-
Peduli Sesama, HIMAKOM UWM Bagikan Takjil dan Buka Bersama Ramadhan 1446 H
-
Konsumen Bakal Terima VW ID. Buzz Mulai Mei
-
Sempat Berkurang Akibat Beberapa Faktor, Kementan Pastikan Pasokan Cabai di NTB Kembali Normal
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
- Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Nyaris Rp18 Juta Sekali Penerbangan
- Rekaman Lisa Mariana Peras Ridwan Kamil Rp2,5 M Viral, Psikolog Beri Komentar Menohok
Pilihan
-
Hasil Akhir! Pesta Gol, Timnas Indonesia U-17 Lolos Piala Dunia
-
Hasil Babak Pertama: Gol Indah Zahaby Gholy Bawa Timnas Indonesia U-17 Unggul Dua Gol
-
BREAKING NEWS! Daftar Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Yaman
-
Baru Gabung Timnas Indonesia, Emil Audero Bongkar Rencana Masa Depan
-
Sosok Murdaya Poo, Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia Meninggal Dunia Hari Ini
Terkini
-
Industri Air Minum Lokal di Bali Protes Soal Larangan Kemasan Plastik di Bawah 1 Liter
-
Malas Masak? Jalan Airlangga Jadi Surga Lebaran Ketupat: Menu Lengkap, Harga Murah
-
Ribuan Warga Padati Lebaran Topat di Makam Bintaro & Loang Baloq Mataram
-
BRI Dukung Ekspansi Global Bisnis Aksesori UMKM Ini Dengan Solusi Keuangan Utama
-
Arus Balik Lebaran 2025 Meningkat, Terminal Mengwi Bali Catat Lonjakan Penumpang Dibanding 2024