Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Rabu, 17 Juli 2024 | 10:58 WIB
Canangsari [Suara.com / Eviera Paramita Sandi]

Segehan adalah lima warna nasi yang melambangkan panca maha bhuta, yaitu lima unsur dasar alam semesta: tanah, air, api, angin, dan akasha (ruang). Nasi kuning melambangkan kemakmuran dan kesuburan. Menyantap segehan dan nasi kuning bersama keluarga dan kerabat menjadi momen untuk mempererat rasa persaudaraan dan saling berbagi berkah.

5. Membagikan Banten:

Banten yang telah dipersembahkan di pura kemudian dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar. Tradisi ini merupakan wujud rasa syukur dan kepedulian terhadap sesama. Dengan berbagi banten, umat Hindu meyakini bahwa mereka turut menyebarkan kebaikan dan keberkahan kepada orang lain.

6. Melakukan Upacara Mecaru:

Baca Juga: Tantangan Baru SLB di Bali : Siswa Tuna Grahita Membludak

Di beberapa daerah, umat Hindu melakukan upacara mecaru untuk menetralisir energi negatif dan menyeimbangkan alam semesta. Upacara ini biasanya dilakukan di persimpangan jalan atau tempat-tempat yang dianggap angker.

Tradisi-tradisi Hari Raya Pagerwesi bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga sarana untuk memperkuat iman, memperdalam ilmu pengetahuan, dan mewujudkan nilai-nilai luhur agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari. Melalui tradisi-tradisi ini, umat Hindu diingatkan untuk selalu menjaga keharmonisan dengan Sang Hyang Widhi Wasa, sesama manusia, dan alam semesta.

Load More