Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Rabu, 03 Juli 2024 | 18:09 WIB
ILUSTRASI - Para pemandu lagu saat di salah satu tempat hiburan (Istimewa)

Rata-rata korban berasal dari Lombok Tengah, Lombok Barat dan daerah lainnya. Dan bahkan aktivitas anak ini tidak diketahui oleh orangtuanya.

“Misalnya mereka rata-rata kos dan tidak menyampaikan ke orangtuanya bahwa bekerja di restoran sebagai pelayan,” katanya. 

Sebelumnya, korban pekerja anak ini berada di bawah tanggung jawab manajemen café. Gaji mereka ditentukan dari jumlah botol yang dibuka untuk  tamu. Tarifnya berbeda-beda tergantung dari jenis botol minuman yang dibuka. 

Hanya tren yang terjadi sekarang, mereka freelance. Artinya, anak-anak tersebut bekerja jika ada panggilan.

Baca Juga: Laporkan Mantan Bupati, Istri Sah Bongkar Dugaan Pernikahan Siri di Penginapan

“Mereka on call. Tidak ada di lokasi. Pelanggan bisa langsung menghubungi mereka,” ucapnya. 

Untuk mengantisipasi makin marak terjadi, pola asuh didalam keluarga harus dimaksimalkan. Selain itu, pengasuhan untuk anak mulai pemerintah pusat hingga daerah disebut tidak ada.

“Ini sudah ada yang berkeluarga pernah nggak dapat pelatihan tentang parenting,” katanya. 

Sedangkan aparat kepolisian, harus lebih sering patroli. Jika ditemukan maka orangtua harus dipanggil.

“Jadi yang dihukum orangtuanya, bukan anaknya,” ucapnya.

Baca Juga: Jemaah Haji Asal NTB Ini Belanjakan Rp 10 Juta Demi Bawa Oleh-oleh


Kontributor Buniamin 

Load More