Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 29 Juni 2024 | 15:03 WIB
Ruang autopsi RS Bhayangkara, Mataram, NTB [Suara.com / Buniamin]

SuaraBali.id - Jenazah NI (13) korban dugaan penganiayaan di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Lombok Barat langsung masuk ruang autopsi rumah sakit Bhayangkara Mataram sekitar pukul 13.00 wita. Sebelum meninggal, ibu korban hanya bertemu dengan anaknya Jumat kemarin.

Ibu korban Raudah mengatakan kaget dengan kabar kondisi anaknya yang sudah kritis. Karena sebelumnya belum pernah mendapatkan kabar bahwa anaknya sakit akan tetapi setiap berbicara melalui via telpon selalu minta pulang.

“Setelah dia masuk semester II, itu pindah kamar. Dia selalu minta pulang setiap kali telepon,”  tuturnya Sabtu (29/6/2024) saat mengantar jenazah anaknya ke ruang otopsi RS Bhayangkara.

Ia mengatakan, anaknya tidak pernah bercerita kondisi sebenarnya. Karena setiap ditanya alasan untuk pulang yaitu kamar mandi kotor dan alasan lainnya.

Baca Juga: Musim Kemarau Tiba, Suhu NTB Anjlok hingga 19 Derajat Celcius Hingga Terasa Dingin

“Alasannya karena kamar mandinya airnya kotor. Cuma saya kasih tahu, kamu sudah satu semester lewatin air kotor itu. Tapi yang lain tidak pernah cerita,” ungkapnya.

Sebagai anak satu-satunya, kabar ini menjadi duka yang mendalam baginya dan keluarga. Apalagi selama kondisi kritis, sang ibu tidak bisa menemaninya lebih lama.

“Kamis pagi berangkat dan sampai sini itu Jumast sore,” tuturnya.

Meski tidak ada respons balik dari anaknya, ibunya selalu mengajaknya untuk berbicara.

Namun yang bisa didengar hanya suara nafas yang dibantu oleh alat-alat medis yang dipasang oleh pihak rumah sakit.

Baca Juga: Jemaah Haji Asal NTB Ini Belanjakan Rp 10 Juta Demi Bawa Oleh-oleh

“Tidak ada respons dari hari pertama itu. Berdenyut itu mungkin karena alatnya,” katanya.

Namun terkait cerita kalau dugaan pemukulan itu sebelum kondisi korban semakin kritis. Akan tetapi korban tidak menceritakan pelaku, dan lokasi tindakan penganiayaan yang dilakukan kepada anaknya.

“Cerita itu kan sebelum dia koma,” katanya.

Diterangkannya, pada saat masih di pondok pesantren keluarga korban sempat mendapatkan kabar bahwa NI sakit dari keluarga yang saat ini juga masih menempuh pendidikan di lembaga pendidikan yang sama.

Hanya saja ketika pihak keluarga meminta keterangan pihak asrama, hanya dijelaskan bawa NI dalam kondisi baik-baik saja.

“Sempat telpon katanya baik-baik saja dan itu yang jawab orang penjaga mereka. Mungkin dia belum tahu. Dia baru WA lagi dia sakit dan kami sudah bawa ke klinik. Tidak dijelaskan sakitnya apa,” ucapnya.

Kontributor : Buniamin

Load More