Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 21 Februari 2022 | 09:48 WIB
Ribuan warga memadati Pantai Seger, Desa Kuta Mandalika. Mengikuti tradisi Bau Nyale, Senin dini hari (21/2/2022) [Suara,com/Lalu M Helmi Akbar]

SuaraBali.id -
Warga Pulau Lombok dan para wisatawan tumpah ruah di areal Pantai Seger, Desa Kuta Mandalika pada Minggu malam (20/2/2022).

Hal tersebut dilakukan dalam rangka mengikuti tradisi adat yang digelar satu tahun sekali yakni Bau Nyale atau menangkap cacing laut.

Cacing laut atau nyale ini oleh masyarakat Suku Sasak diyakini merupakan jelmaan perempuan cantik jelita asal Suku Sasak, Putri Mandalika. Berdasar folklor masyarakat Sasak, Putri Mandalika merupakan keturunan salah satu raja Sasak.

Karena kecantikannya, pangeran dan ksatria dari berbagai penjuru di Lombok ingin meminangnya. Dalam suatu waktu, karena tak ingin menyakiti salah seorang pangeran, Putri Mandalika memilih mengakhiri hidupnya.

Baca Juga: Presean, Tradisi Khas Masyarakat Lombok Untuk Adu Ketangkasan Antar Ksatria Suku Sasak

Dari sebuah bukit yang diyakini adalah bukit Seger, Putri Mandalika menceburkan dirinya ke laut. Tak lama setelah itu, muncul cacing laut yang kemudian disebut sebagai nyale oleh masyarakat Sasak.

Hingga kini, nyale masih muncul sekali setahun. Penentuan waktu kemunculan nyale tersebut dilakukan melalui serangkaian acara adat, termasuk sangkep warige (musyawarah adat) para tetua Suku Sasak.

Berdasarkan pantauan pada Minggu malam (20/2/2022), ribuan warga telah memadati areal Pantai Seger, Kuta Mandalika.

Tetapi keramaian itu terganggu. Sebab sejak pukul 00.30 WITA, hujan deras disertai angin kencang mengguyur kawasan Pantai Seger. Pesisir Pantai Seger yang sebelumnya dipadati tenda warga tampai mulai dibuka.

Warga memilih meninggalkan tenda dan mencari bangunan yang teduh dah kokoh diterjang angin.

Baca Juga: Menjelang Perayaan Bau Nyale Sebagian NTB Diprediksi Hujan Lebat

Hingga menjelang pukul 03.00 WITA saat kemunculan nyale, hujan dan angin kencang masih terjadi.

Berdasarkan pantauan pada Senin dini hari, (21/2/2022) warga akhirnya memilih tetap turun ke laut meskipun hujan. Hal ini dilakukan demi menangkap nyale disebut jelmaan Putri Mandalika.

"Iya mau ndak mau walaupun hujan kita tetap turun. Ini sekali setahun, kalau kita tidak turun kita harus menunggu setahun lagi," kata Lalu Peni Ahmad Pradinata saat ditemui di lokasi bau nyale, Senin (21/2/2022).

Selanjutnya, kata Peni, menangkap nyale merupakan salah satu bentuk rasa hormat kita terhadap nenek moyang Suku Sasak, salah satunya Putri Mandalika.

"Ini cara kita menghormati. Putri Mandalika telah berkorban dan memberi banyak pembelajaran bagi masyarakat Suku Sasak," ujarnya.

Peni mangaku cukup banyak nyale yang keluar. Hal itulah yang membuat ia merasa senang.

"Walaupun hujan begini, tapi banyak yang keluar nyalenya," bebernya.

Peni terlihat hanya membawa sorok (jaring), senter, dan satu wadah kecil untuk menyimpan nyale.

Tak hanya Peni, hal senada disampaikan Andi Gaos Farestu, ia tetap bau nyale meskipun hujan mengguyur kawasan Pantai Seger hingga senin pagi.

"Kita sudah datang jauh-jauh, pantang pulang sebelum dapat nyale," ungkapnya.

Ia mengaku, nyale yang ditangkapnya akan ia masak. Makanan nyale, diyakininya dapat membawa khasiat tertentu sesuai yang diniatkan.

Kontributor : Lalu Muhammad Helmi Akbar

Load More