SuaraBali.id - Puncak tradisi Bau Nyale tahun ini telah diputuskan akan jatuh pada 20-21 Februari 2022. Tradisi lokal masyarakat Suku Sasak ini telah menjelma menjadi pesta rakyat.
Masyarakat Suku Sasak maupun tamu luar daerah akan tumpah ruah di kawasan pantai pesisir selatan Pulau Lombok.
Menjelang tradisi puncak Bau Nyale tersebut, sejumlah event tradisional juga dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah. Salah satunya Presean.
Presean merupakan seni tradisi yang ada di masyarakat Lombok. Tradisi ini semacam seni bela diri dalam adu ketangkasan antar Pepadu atau ksatria suku Sasak.
Tradisi ini dilakukan dengan menggunakan penjalin, terbuat dari rotan yang dibaluri aspal hitam.
Penjalin digunakan sebagai alat untuk saling memukul. Ukuran panjangnya sekitar 1,5 meter.
Sedangkan perisai untuk menepis pukulan lawan disebut Ende yang terbuat dari kulit sapi. Bentuknya segi empat berukuran sekitar 40x60 cm. Dalam pertunjukannya, Presean ini dilakukan di tengah arena dan diiringi musik bernuansa perang.
Puncak acaranya, kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Loteng, H. Lendek Jayadi, pada tanggal 20-21 Februari 2022 mendatang.
"Tetapi mulai 17 Februari 2022 ini, kita akan tampilkan tradisi khas Suku Sasak yang asli, termasuk presean yang mulai digelar kemarin (Kamis, red)," katanya saat dikonfirmasi pada Jumat pagi, (18/2/2022).
Jelang puncak event Bau Nyale 2022, puluhan pepadu (petarung) di Pulau Lombok turut ambil bagian dalam ajang presean yang digelar di Kuta Mandalika.
Pepadu yang hadir merupakan pepadu pilihan se-Pulau Lombok. Event diharapkan bisa memberikan hiburan bagi masyarakat dan wisatawan yang ada di Mandalika sampai menjelang puncak perayaan Bau Nyale mendatang.
Tidak hanya itu, event ini menjadi ajang pelestarian dan promosi kekayaan seni budaya masyarakat suku Sasak di Pulau Lombok.
"Ini sebagai ajang promosi budaya. Terutama sebagai side event MotoGP Mandalika Maret mendatang," ucap Lendek.
Sementara itu, ratusan penonton memadati areal arena presean. Ayunan penjalin para pepadu diiringi alunan musik pengiring menambah semarak tradisi adu ketangkasan masyarakat Suku Sasak tersebut.
Wahyu Rizki (27) salah seorang penonton rela datang jauh-jauh dari Gerung, Lombok Barat untuk sekadar menyaksikan presean ini. Menurutnya, tradisi presean merupakan tradisi yang membawa simbol kesatria laki-laki Suku Sasak.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Batik Malessa, Dari Kampung Tipes Memberdayakan Perempuan dan Menggerakkan Ekonomi Keluarga
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu
-
5 Rekomendasi Penginapan Murah Meriah di Ubud Bali
-
7 Tempat Wisata Wajib Dikunjungi Saat Pertama Kali ke Bali