Scroll untuk membaca artikel
RR Ukirsari Manggalani
Senin, 04 Oktober 2021 | 09:27 WIB
Monumen peringatan Bali Bombing di kawasan Kuta. Sebagai ilustrasi [Antara/Wira Suryantala]

Cholili dinyatakan bebas bersyarat pada Rabu 6 Agustus 2014 melalui remisi karena berkelakuan baik dan tidak pernah melanggar aturan di penjara.

Pembebasannya setelah menjalani separuh masa tahanan sudah mendapatkan rekomendasi dari Detasemen 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris.

Aktivitasnya akan terus dipantau dan tidak dapat keluar negeri tanpa persetujuan Kementerian Hukum dan HAM. Jika ada tindakan kriminal yang dilakukan, ia akan dikembalikan ke penjara.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui konferensi pers mengemukakan bahwa peringatan akan serangan terorisme di Indonesia telah didapatkan Juli 2005, tetapi ada kemungkinan aparat menjadi lalai karena pada saat itu juga terjadi kenaikan harga BBM yang membutuhkan pengawasan lebih.

Baca Juga: Wisata Bali: Ilmu Leak Menyandang Citra Negatif, Sejatinya Bagian dari Dasa Aksara

Pada 2 Oktober 2005, dalam konferensi pers berikutnya untuk membahas sejarah bom Bali pada 2005, Inspektur Jenderal Made Pangku Pastika menunjukkan video mengenai salah satu pengebom ketika masuk ke Restoran Raja di Kuta dengan membawa ransel dan meledakkannya.

Kemudian 9 November 2005, polisi menyergap sebuah vila di Kota Batu, Malang. Penyergapan itu menewaskan Dr. Azahari, salah satu buronan asal Malaysia dan dianggap sebagai pembuat bom dalam dua kali peristiwa pengeboman di Bali.

Pada hari yang sama di Semarang, dilakukan juga penyergapan dan perburuan buronan lainnya yaitu Noordin M. Top.

Polisi menemukan sejumlah barang bukti dari para pelaku dalam sejarah bom Bali 2005 berupa rekaman kesaksian ketiga pelaku bom bunuh diri, dua KTP milik dua dari pelaku pengeboman.

Dalam rekaman video salah seorang pelaku memberi pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukan akan membuat mereka masuk ke surga. Rekaman ini kemudian digunakan untuk mencocokkan wajah pelaku dengan kepala yang ditemukan di lokasi pengeboman.

Baca Juga: Wisata Bali: Tradisi "Mesunat", Perpaduan Budaya Lokal dan Bugis di Desa Pengambengan

Pada 16 November kaset ini kemudian diputarkan kepada 12 kiai di Jawa Timur oleh Wapres Jusuf Kalla, agar para kiai dapat meneruskan kepada masyarakat mengenai ajaran Islam yang dipahami secara salah oleh para pengebom.

Load More