Scroll untuk membaca artikel
RR Ukirsari Manggalani
Senin, 04 Oktober 2021 | 08:34 WIB
Topeng Rangda yang kadang digunakan sebagai ilustrasi tentang ilmu Leak (dutchieontheroad.n)

SuaraBali.id - Selama ini, ilmu Leak Bali memiliki citra negatif atau jahat. Sejatinya, pengertian leak adalah aksara atau sastra ilmu pengetahuan. Seorang tokoh spiritual Bali, juga pinisepuh Perguruan Sandhi Murti Indonesia, I Gusti Ngurah Harta menyampaikannya dalam sebuah diskusi di Denpasar, beberapa waktu lalu.

Dikutip dari Beritabali.com, jaringan SuaraBali.id, ilmu Leak di Bali, kata Ngurah Harta, sebenarnya merupakan bagian dari aksara-aksara suci yang disebut Dasa Aksara.

"Dasa Aksara (10 huruf magis) ini bisa digunakan untuk berbagai hal. Yaitu bisa untuk pengobatan, bisa untuk kawisesan (kepandaian), atau kanuragan (bela diri), tergantung siapa yang memakai dan mau dipakai untuk apa," jelas Ngurah Harta.

Dasa Aksara, jelas Ngurah Harta, miliki vibrasi yang luar biasa. Setiap kata atau huruf memiliki kekuatan tersendiri.

Baca Juga: Lea Seydoux Lebih Suka Transportasi Umum, Naksir Aston Martin DB5 Gara-gara James Bond

"Oleh karena itu jangan sembarangan bicara, misalnya bilang kita tidak punya uang, nanti bisa betulan tidak punya uang. Jangan sekali-kali lakukan itu, karena setiap kata atau kalimat di Bali adalah doa. Di Bali kita percaya semua kalimat itu "medewa"," jelasnya.

Dalam Dasa Aksara, kata Ngurah harta, juga terdapat pelajaran tentang tujuan hidup orang Bali, yakni bagaimana cara mati yang baik dan benar.

"Dasa Aksara mengajarkan cara untuk mati yang baik dan benar. Jika dijabarkan lebih lanjut, antara lain bisa dilakukan dengan Trikaya Parisudha, yakni antara ucapan, perbuatan, dan pikiran yang baik harus serasi atau selaras," ujarnya.

Terkait Leak, Ngurah Harta mengakui selama ini "image" atau citra "Leak" (ilmu yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan magis dan bisa berubah wujud menjadi binatang, mahluk menyeramkan, atau benda tertentu) memang negatif.

"Kesannya memang menakutkan, padahal Leak itu adalah Dasa Aksara. Dasa Aksara ini dewanya Dewi Saraswati. Apa kita mau bilang Dewi Saraswati atau pengetahuan ini tidak baik atau jahat? Jadi ini kembali kepada manusianya, mau digunakan untuk apa Dasa Aksara itu, karena sebenarnya Dasa Aksara itu suci," kata I Gusti Ngurah Harta.

Baca Juga: Film No Time to Die: New Land Rover Defender dan Aston Martin DB5 Tampil Seru

"Sementara terkait "Cetik" atau sejenis santet khas Bali, selama ini informasinya masih samar-samar dan juga terkesan negatif. Padahal sesungguhnya masalah cetik ini sudah dijelaskan dalam lontar cetik," jelasnya.

"Dalam lontar cetik ini sudah dijelaskan tentang 35 jenis cetik. Dalam lontar itu dijelaskan bahan-bahan untuk membuat sebuah cetik dan cara-cara mengobatinya. Juga dijelaskan bahwa cetik yang bagus adalah cetik yang baru bekerja 10 tahun setelah cetik itu diberikan atau dikirim kepada korbannya," pungkas I Gusti Ngurah Harta.

Load More