- Ginting menyebut bahwa nantinya banyak kader partai politik yang pindah haluan
- Elektabilitas Partai Gerindra sudah diatas 30 persen
- Budi Arie disebut memilih meninggalkan Projo kemudian bergabung dengan Partai Gerindra
SuaraBali.id - Pengamat Komunikasi Politik dan Militer dari Universitas Nasional, Selamat Ginting mengungkapkan bahwa kini partai penguasa, yakni Partai Gerindra telah menjadi poros kekuasaan baru.
Bahkan Ginting menyebut bahwa nantinya banyak kader partai politik yang pindah Haluan dan lebih memilih bergabung dengan Partai Gerindra.
“Betul - betul Gerindra ini menjadi poros kekuasaan baru di Indonesia,” ungkap Ginting, dikutip dari Youtube Abraham Samad SPEAK UP, Rabu (12/11/25).
“Makanya seperti gula – gula, nanti nih akan banyak kader partai politik lain hengkang pindah ke Gerindra, lompat,” sambungnya.
Baca Juga:Refly Harun: Langkah Budi Arie Gabung Gerindra Itu Pragmatis, Cari Perlindungan
Ginting blak – blakan mengungkapkan hal tersebut lantaran menurutnya kini elektabilitas Partai Gerindra sudah diatas 30%.
“Karena menurut saya ini elektabilitasnya sudah diatas 30% persen,” kata Ginting.
Seperti berbalik begitu saja, Ginting menyebut bahwa partai PDIP yang sudah berlangganan menjadi sosok penguasa, kini elektabilitasnya turun dibawah 20%.
“PDIP yang tadinya kira – kira 20% menurut saya sudah berkurang banyak, bahkan mungkin tersisa sekitar 13% - 15% dari sebelumnya 19% - 20%,” sebut Ginting.
Sementara itu soal isu bergabungnya Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi dengan Partai Gerindra, Ginting menilai bahwa trik tersebut hanya digunakan Budi untuk meminta perlindungan.
Baca Juga:Refly Harun Ungkap Agenda Rahasia Pertemuan Prabowo Dan Kader Gerindra: Siap Gantikan Menteri?
“Jadi betul – betul harus bisa kita pahami, ini menjadi posisi tawar dia meminta perlindungan secara simbolik dengan mengemukakan kepada publik ‘saya akan ke Gerindra, saya diminta loh oleh presiden, hanya saya yang diminta’,” terang Ginting.
Ginting menilai bahwa kini Budi Arie sengaja meninggalkan Presiden ke 7, Joko Widodo (Jokowi) lantaran dianggap sudah tidak memiliki daya tarik politik yang tinggi.
Sehingga secara tidak langsung Budi Arie memilih meninggalkan Projo kemudian bergabung dengan Partai Gerindra.
“Dia (Budi) melihat bahwa Jokowi ini sudah tidak punya daya Tarik politik yang tinggi lagi,” sebut Ginting.
“Jadi secara institusional daya Tarik Jokowi sudah berkurang, walaupun secara politik dia belum mati. Kemudian secara financial juga kuat sekali, jadi Jokowi dianggap memang bukan lagi magnet structural politik yang bisa melindungi Budi Arie, yang bisa mengamankan, yang bisa mencarikan posisi kekuasaan, jadi betul – betul perlawan tapi pasti perpindahan Projo ke Gerindra merupakan gabungan antara strategi bertahan hidup, pragmatisme politik, kebutuhan perlindungan politik,” tambahnya.
Heboh Pindah Gerindra, Budi Arie Justru Klarifikasi soal Judol