- Mepandes adalah upacara potong gigi di Bali untuk menandai peralihan dari remaja ke dewasa.
- Tujuannya mengendalikan 6 sifat buruk (Sad Ripu) yang dilambangkan oleh 6 gigi yang dikikir.
- Ritual ini wajib bagi umat Hindu Bali dan menjadi syarat penting sebelum memasuki jenjang pernikahan.
SuaraBali.id - Di tengah semarak upacara adat Bali, ada satu ritual yang menandai gerbang paling sakral dalam kehidupan seorang manusia: Mepandes.
Dikenal luas sebagai upacara potong gigi, tradisi ini jauh lebih dari sekadar tindakan fisik.
Ia adalah sebuah perjalanan spiritual di mana seorang remaja melepaskan sifat-sifat kebinatangannya untuk terlahir kembali sebagai manusia dewasa yang bijaksana dan bertanggung jawab.
Bagi umat Hindu Bali, Mepandes adalah kewajiban suci.
Baca Juga:Kuta Tak Lagi Nyaman, Kisah Pedagang yang Lapaknya Terendam Gelombang Pasang
Inti dari ritual ini adalah upaya menaklukkan enam musuh utama yang bersemayam dalam diri, atau yang dikenal sebagai Sad Ripu: hawa nafsu, keserakahan, kemarahan, kemabukan, kebingungan, dan iri hati.
Keenam sifat buruk ini secara simbolis bersemayam pada gigi taring dan empat gigi seri atas yang tajam, yang diibaratkan sebagai sisa-sisa "sifat raksasa" dalam diri.
Dengan dipimpin oleh seorang Sangging (ahli kikir gigi adat), keenam gigi tersebut diratakan dengan hati-hati.
Proses ini bukanlah tentang rasa sakit, melainkan tentang perenungan.
Saat gigi dikikir, sang anak diharapkan merenungkan janji untuk mengendalikan ego dan emosi liarnya, mempersiapkan diri untuk menavigasi kompleksitas hidup dengan kepala dingin.
Baca Juga:Di Balik Daftar Pahlawan Nasional Baru, Kisah Kapten Mudita dari Bali yang Terlupakan
Setelah prosesi pengikiran selesai, perjalanan berlanjut ke tahap mencicipi enam rasa—pahit, asam, pedas, asin, sepat, dan manis.
Setiap rasa adalah pelajaran hidup.
Rasa pahit dan asam mengajarkan ketabahan, rasa pedas melatih kesabaran, dan rasa manis adalah pengingat akan kebahagiaan yang datang dari kebijaksanaan.
Karena biayanya yang tidak sedikit, upacara Mepandes seringkali dilaksanakan secara kolektif atau digabungkan dengan upacara besar lainnya seperti pernikahan atau Ngaben.
Namun, esensinya tetap sama: sebuah komitmen seumur hidup untuk menjadi manusia yang beretika, sadar, dan siap mengemban tugas di dunia.
Mepandes adalah bukti bahwa menjadi dewasa di Bali bukanlah soal usia, melainkan soal kesucian jiwa.