- Banjir Denpasar sebabkan ISPA, kulit, pencernaan. Dinkes temukan 136 ISPA, 116 kulit.
- AA Ayu Candrawati: "Yang perlu diwaspadai adalah penyakit diare, leptospirosis, penyakit kulit, dan infeksi saluran napas."
- Dinkes lakukan pemeriksaan, edukasi, kaporitisasi sumur, dan fogging.
SuaraBali.id - Banjir yang baru saja mereda di Kota Denpasar mungkin telah surut dari jalanan, namun dampaknya masih terasa, terutama pada kesehatan masyarakat.
Di balik genangan yang mengering, muncul ancaman serius berupa penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), hingga gangguan pencernaan yang kini menjadi perhatian utama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Denpasar.
Warga di beberapa wilayah terdampak masih berjuang memulihkan diri, menghadapi risiko kesehatan yang tak kasat mata.
Hasil pemeriksaan Dinkes terhadap 787 warga menunjukkan gambaran yang mengkhawatirkan: 136 kasus ISPA, 116 kasus penyakit kulit, 54 kasus hipertensi, dan 54 kasus rematik telah teridentifikasi.
Baca Juga:Januari-Februari 2026: Bali Bersiap Hadapi Puncak Musim Hujan, Ini Wilayah Paling Terdampak
Meskipun 180 orang dinyatakan sehat, angka-angka ini menjadi pengingat akan kerentanan masyarakat pasca-bencana.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, AA Ayu Candrawati, menekankan pentingnya kewaspadaan.
"Yang perlu diwaspadai adalah penyakit diare, leptospirosis, penyakit kulit, dan infeksi saluran napas. Itu sering terjadi akibat dampak dari banjir,” ujarnya sebagaimana diwartakan beritabali.com - jaringan suarabali.id.
Menanggapi situasi ini, Dinkes Denpasar tidak tinggal diam.
Sejak masa tanggap darurat hingga fase pemulihan, tim kesehatan telah diterjunkan tanpa henti.
Baca Juga:DKLH Bali Bolehkan Hasil Pengerukan Sungai Dibuang di TPA Suwung
Tak hanya menyediakan pemeriksaan di posko pengungsian, layanan perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) juga aktif mendatangi rumah-rumah warga yang terdampak langsung.
Para petugas tidak hanya memeriksa kesehatan dan memberikan obat-obatan serta vitamin, tetapi juga gencar melakukan edukasi pencegahan penyakit.
Langkah proaktif lainnya termasuk tindakan kaporitisasi pada sumur dan bak air warga untuk memastikan sumber air tetap layak dan aman dikonsumsi.
"Untuk antisipasi demam berdarah, kami juga melaksanakan fogging fokus di lokasi yang banyak genangan air. Kaporitisasi dilakukan agar sumber air tetap aman digunakan. Edukasi pencegahan terus kami sampaikan kepada masyarakat,” jelas Candrawati.
Meskipun jumlah kasus diare pasca-banjir relatif rendah dengan 18 orang, kewaspadaan tetap menjadi prioritas utama.
Potensi penularan penyakit masih tinggi, dan upaya pencegahan serta penanganan cepat adalah kunci untuk menjaga Denpasar tetap sehat setelah cobaan banjir.