Hal itu dilakukan untuk menurunkan angka siswa SMP yang belum lancar membaca yang saat ini berada pada angka 10 persen.
“Sedang diasesmen dan anak-anak yang terindikasi kesulitan membaca dan menulis ini diberikan bimbingan khusus,” ujar Sutjidra saat ditemui di Buleleng sebelumnya.
““Sudah (buat tim) jadi setelah mendapatkan rekomendasi dari Dewan Pendidikan Buleleng langsung bergerak membentuk tim dari guru, guru bimbingan konseling, dan psikolog, jadi untuk mencari tahu apa penyebabnya,” imbuhnya.
Sebelumnya, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Buleleng mencatat ada sebanyak 363 siswa SMP belum mampu membaca dan menulis.
Baca Juga:Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
Penyebab utamanya terjadi karena siswa tersebut kurang motivasi belajar dengan presentase mencapai 52 persen.
Berdasarkan data yang diperoleh ada lima faktor yang menjadi penyebab ratusan siswa SMP di Buleleng belum mampu membaca dan menulis.
Faktor pertama karena kurangnya motivasi siswa untuk belajar dengan presentase mencapai 52 persen.
Faktor kedua kurangnya dukungan dari keluarga dengan presentase 18 persen.
Faktor ketiga karena mengalami disleksia (gangguan dalam proses belajar) dengan presentase 16 persen.
Baca Juga:Alasan di Balik Tabanan Nol Kontribusi Untuk Bus Trans Metro Dewata yang Besok Mengaspal Lagi
Faktor keempat karena mengalami disabilitas dengan presentase 9 persen.
Serta faktor kelima karena pembelajaran tidak tuntas atau putus sekolah dengan presentase 5 persen.
Ketua DPRD Buleleng Ketut Ngurah Arya menyebut ketidakmampuan ratusan siswa SMP untuk membaca dan menulis ini merupakan kemunduran bagi Buleleng.
Untuk itu Arya mengusulkan agar masing-masing sekolah menyelenggarakan les khusus baca, tulis dan hitung dengan menggunakan dana BOS.
Selain itu Pemkab Buleleng diminta untuk membangun Sekolah Luar Biasa (SLB) di masing-masing kecamatan, untuk mempermudah anak disabilitas mengenyam pendidikan.
"Saya rasa hal ini terjadi karena faktor kemiskinan. Ada juga karena faktor kurikulum, guru harus meluluskan anak-anak, tidak ada lagi anak yang tidak naik kelas. Ini juga kendala sehingga dilepas-dilepas saja. Tanpa pernah berpikir bahwa akibatnya seperti ini," ungkap Arya ditemui usai rapat bersama Anggota Komisi IV DPRD Buleleng dan Disdikpora Buleleng, Senin (14/4).