Selain itu, penghentian aktivitas bandara selama 24 jam juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Dengan tidak adanya penerbangan, tingkat emisi karbon di area bandara berkurang secara signifikan.
Ini memberikan sedikit jeda bagi lingkungan untuk ‘bernapas’ sejenak dari aktivitas manusia yang terus-menerus berlangsung.
“Meskipun hanya sehari, ini merupakan bagian kecil dari upaya menjaga keseimbangan lingkungan,” ujar seorang petugas bandara.
Ketika bandara ini kembali beroperasi Minggu pagi, denyut aktivitas akan kembali terasa.
Baca Juga:Lapas Lombok Barat Antisipasi Kunjungan WBP Membludak Saat Lebaran
Namun, dalam heningnya Nyepi, ada refleksi mendalam tentang keseimbangan antara teknologi, bisnis, dan spiritualitas yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan di Pulau Dewata.
Tradisi ini bukan sekadar jeda operasional, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai lokal yang terus dijaga hingga kini.