Bali Sumbang Rp107 Triliun Devisa Indonesia, Tapi Kemana Larinya Uang Pariwisata?

Pariwisata Bali sumbang Rp107 triliun (44%) dari total devisa pariwisata Indonesia (Rp243 triliun) di 2024. Sektor ini dominasi 66% pertumbuhan ekonomi Bali.

Eviera Paramita Sandi
Selasa, 04 Maret 2025 | 16:57 WIB
Bali Sumbang Rp107 Triliun Devisa Indonesia, Tapi Kemana Larinya Uang Pariwisata?
Destinasi wisata Pulau Bali. (Dok: Kemenparekraf)

Namun di sisi lain pemerataan hasil devis aitu dirasa hasilnya tidak merata bagi sebagain Pembangunan di daerah-daerah tertentu di Bali.

Inilah contoh nyata yang menunjukkan bagaimana manfaat devisa pariwisata Bali belum merata di setiap daerah:

Kesenjangan Ekonomi antara Selatan dan Utara Bali.

Perbedaan kawasan Selatan dan Utara Bali dapat dilihat jelas. Di kawasan selatan seperti Kuta, Seminyak, Nusa Dua, hotel, restoran dan kawasan wisata belanja menjamur yang berdampak pada peningkatan perekonomian, sedangkan wilayah utara seperti Buleleng kurang terkenal sehingga wisatawannya pun sedikit. Akibatnya pendapatan pariwisatanya pun rendah. 

Baca Juga:Jadwal Imsakiyah 4 Ramadan 1445 Hijriah di Kota Denpasar, Selasa 4 Maret 2025

Perbedaan Infrastruktur dan Fasilitas:

Di wilayaj berkembang seperti Ubud dan Jimbaran, terdapat infrastruktur yang baik seperti jalan yang bagus, jaringan listrik yang stabil, dan akses ke air bersih. Fasilitas umum seperti rumah sakit dan sekolah juga lebih baik. Berebeda dengan di kawasan Karangasem dan Jembrana, infrastruktur masih kurang memadai. Jalan-jalan banyak yang rusak, akses listrik dan air bersih terbatas, dan fasilitas umum masih kurang.

Ketimpangan dalam Pendidikan dan Pelatihan:

Di daerah-daerah seperti Kuta dan Nusa Dua yang menjadi kawasan pariwisata utama, banyak tersedia program pendidikan dan pelatihan di bidang pariwisata, seperti kursus bahasa Inggris, pelatihan perhotelan, dan kursus pemandu wisata. Namun berbanding terbalik dengan di wilayah lain seperti Bali Timur dan utara. Hal ini membuat masyarakat lokal kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja di sektor pariwisata.

Dampak Lingkungan dan Sosial:

Baca Juga:Layanan Internet Pascabayar Mulai Dilirik Anak Muda Dan Pekerja Kreatif di Bali Nusra

Di daerah wisata intensif seperti Kuta dan Legian banyak ditemui masalah lingkungan seperti polusi dan kemacetan. Selain itu terjadi juga gentrifikasi yang membuat harga properti dan biaya hidup naik, membuat masyarakat lokal kesulitan. Sedangkan di daerah lain yang kurang berkembang mungkin tidak mengalami masalah lingkungan yang sama, tetapi mereka juga tidak mendapatkan manfaat ekonomi yang cukup dari pariwisata.

Kontributor : Putu Yonata Udawananda

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini