Berburu Takjil Ramadhan dengan Cita Rasa Sunda di Sudut Kota Denpasar

Festival Kuliner Ramadhan di Kampung Sunda Bali, Denpasar, tawarkan takjil khas Sunda seperti combro, cucur, cireng, dsb.

Eviera Paramita Sandi
Selasa, 04 Maret 2025 | 09:18 WIB
Berburu Takjil Ramadhan dengan Cita Rasa Sunda di Sudut Kota Denpasar
Suasana Festival Kuliner Ramadhan di Kampung Sunda Bali, Denpasar, Senin (3/3/2025) (suara.com/Putu Yonata Udawananda)

SuaraBali.id - Pemandangan penjual takjil saat Bulan Ramadan di Denpasar bukan pemandangan yang asing. Namun, saat menyusuri padatnya Jalan Teuku Umar Barat menuju Gang Marlboro, Denpasar Barat, terdapat pemandangan takjil yang berbeda dari takjil lain di Denpasar.

Warga Kampung Sunda Bali yang menetap di daerah tersebut menggelar Festival Kuliner Ramadan. Deretan rombong di pinggir gang yang tak begitu lebar itu menjual beragam kudapan khas Sunda yang jarang ditemukan di Denpasar. Para pembeli juga memadati sejak sore hari hendak menyiapkan menu untuk berbuka puasa.

Para pedagang menyajikan kudapan spesial yang hanya dijual saat Bulan Ramadan seperti combro dan kue cucur. Begitu juga makanan ringan lain seperti cireng, cipak, tutut, serta makanan berat seperti cuanki. Sederet makanan yang cukup jarang ditemukan di Denpasar dan Bali pada umumnya.

Meski Kampung Sunda Bali sudah berdiri sejak tahun 1987 lalu, namun baru muncul keinginan untuk membuatnya dalam skala lebih besar. Mereka ingin memperkenalkan makanan khas Jawa Barat dan bersilaturahmi dengan sesama orang Sunda di Bali.

Baca Juga:Layanan Internet Pascabayar Mulai Dilirik Anak Muda Dan Pekerja Kreatif di Bali Nusra

“Salah satu tujuannya itu untuk memperkenalkan Kampung Sunda Bali. Kedua, memperkenalkan makanan khas Jawa Barat,” ujar Ketua Panitia Festival Kuliner Ramadhan Kampung Sunda Bali, Asep Kepin (30) pada Senin (3/3/2025).

Festival tersebut dijadwalkan dibuka pada 1-20 Maret 2025 ini. Asep menyebut ada 20 stand penjual yang sekitar 15 di antaranya merupakan warga asli Kampung Sunda Bali.

Salah satu penjual, Muhammad Aditya Pratama (22) menjajakan gorengan khas ramadhan seperti combro, cucur, dan tutut. Dia juga menjual pistung yang terbuat dari jantung pisang.

Pria yang sehari-harinya bekerja sebagai sopir itu menceritakan jika combro dan cucur menjadi yang paling diburu karena viral di media sosial. Para warganet yang banyak datang karena penasaran dengan rasa jajanan yang langka di Denpasar itu.

“Combro dan cucur itu jadi pusat perhatian warga TikTok. Jadi mereka berdatangan ke sini untuk mencari combro dan cucur,” ujar Aditya.

Baca Juga:Jadwal Imsakiyah 2 Ramadan 1445 Hijriah di Kota Denpasar, Minggu 2 Maret 2025

Ragam gorengan seperti combro, cucur, dan cireng dia jual seharga Rp2.500. Sementara, menu yang termahal yang dia jual adalah tutut yang sudah dikemas dalam bentuk plastik lengkap dengan kuah yang dia jual seharga Rp20 ribu.

Aditya juga menjelaskan jika bahan-bahan seperti oncom, gula aren yang digunakan untuk memasak dagangannya juga didatangkan langsung dari kampung halamannya di Tasikalaya, Jawa Barat.

“Bahan-bahannya dari sana. Makanya ada orang bilang kok mahal, karena kita bahan-bahannya langsung dari sana,” imbuhnya.

Aura (28), seorang perempuan asli Jawa Barat menjadi salah satu penikmat kudapan yang dijual Aditya. Dia yang tinggal tidak jauh dari lokasi festival mengaku selalu mendatangi festival tersebut sejak hari pertama puasa.

Sudah 4 tahun tinggal di Bali, Aura mengaku mampu mengobati rasa rindunya terhadap kampung halamannya dengan kudapan-kudapan yang ada di sana.

“Soalnya ingat sama kampung. Iya rindunya sama kampung sendiri,” tutur Aura.

Dari sekian pilihan, Aura paling menikmati kue cucur di sana. Selain karena sulit dicari di Bali, berbuka puasa dengan cucur dan gorengan juga menurutnya adalah kebiasaan umat Muslim di Jawa Barat.

Sambutan positif dari umat Muslim dan non-Muslim yang mendatangi festival tersebut menjawab keraguan Asep sebelum menggelar festival ini. Dengan percaya diri dan rasa syukurnya, dia berharap bisa menggelar festival yang sama pada Bulan Ramadhan tahun berikutnya.

“Ini awal kita sebenarnya agak ragu tapi alhamdulillah responnya bagus jadi tahun depan kita adakan lagi,” pungkas Asep.

Kontributor : Putu Yonata Udawananda

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini