SuaraBali.id - Komitmen dalam mengurus permasalahan sampah di Kota Denpasar tidak hanya soal menyiapkan tempat penampungan sampah. Melainkan juga dengan membangun lapisan masyarakat agar memililki kesadaran untuk mengelola sampahnya.
Terlebih dengan situasi masyarakat urban perkotaan yang memiliki waktu dan aktivitas yang dinamis dan bervariasi. Namun, asa tersebut coba dibangun dan dikokohkan kepada masyarakat yang ada di Banjar Tegeh Sari, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar yang juga mendapat predikat Kampung Berseri Astra (KBA).
Perjalanan itu dimulai saat adanya kesadaran dari pengurus banjar saat itu soal permasalahan partisipasi masyarakat untuk mengurusi sampahnya. Meskipun sadar jika upaya tersebut akan berjalan panjang dan melibatkan usaha yang tidak sedikit.
“Masalah yang paling pelik kalau bicara daerah urban perkotaan adalah sampah dan partisipasi masyarakat. Karena kan (masyarakat) heterogen, ada berbagai macam pekerjaan, jadi waktunya tidak seperti di desa,” ujar Duta KBA Banjar Tegeh Sari, I Gede Mantrayasa.
Baca Juga:Teco Bertekad Bermain Menekan Saat Hadapi PSBS Biak
Bank sampah akhirnya dibangun agar membangun minat masyarakat untuk memilah sampahnya. Terlebih, masyarakat yang membawa sampahnya juga akan diberi imbalan sesuai berat. Imbalan yang diterima berkisar dari harga Rp2-12 ribu per kilogram tergantung jenis sampah yang dibawa.
Mantrayasa bercerita saat masa-masa awal Banjar Tegeh Sari membangun sistem bank sampah pada tahun 2019. Selain mengurusi sampah, para ibu-ibu PKK di Banjar Tegeh Sari juga diberdayakan melalui bank sampah tersebut.
Kemudian saat masa pandemi tahun 2020 silam, justru menjadi titik peningkatan bagi bank sampah di Banjar Tegeh Sari. Saat itu, Banjar Tegeh Sari juga terpilih menjadi Kampung Berseri Astra (KBA) dan menerima sejumlah bantuan di bidang lingkungan.
Mantrayasa menuturkan jika dari program yang diterima Astra itu, masyarakat, anak muda, hingga ibu-ibu PKK juga mendapatkan edukasi terkait pengelolaan sampah yang baik.
Pria yang juga merupakan Ketua Yayasan Banjar Tegeh Sari itu juga menilai edukasi tersebut mampu membentuk niat untuk mengurusi sampah bagi masyarakat banjar.
Baca Juga:TNI Pamerkan Alutsista di Mall Mulai Panser Anoa Sampai Robot
Selain itu, bantuan Astra juga diberikan berupa peralatan-peralatan yang menyokong jalannya pengelolaan sampah di banjar tersebut. Peralatan mesin pencacah dan peralatan lainnya sangat memperlancar proses pembuangan sampah.
“Jadi bank sampah kita sering diedukasi. Waktu itu Covid sampai sekarang, banyak melalui zoom edukasinya,” tuturnya.
“Peralatan juga ada peralatan hilirisasi untuk pencacahan, mesin pencacah organik juga dikasih. Beberapa peralatan banyak dikasih Astra juga,” imbuh Mantrayasa.
Hingga kini, program bank sampah di Banjar Tegeh Sari sudah berjalan hingga mereka kini memiliki 4 bank sampah yang beroperasi di seluruh wilayah banjar. Selain itu, sudah ada 3 truk dan beberapa armada lain seperti mobil bak terbuka yang dapat beroperasi setiap hari untuk mengambil sampah dari Jalan Gatot Subroto yang luas hingga celah-celah gang kecil.
Mereka juga sudah mampu melayani sekitar 1.100 pelanggan yang ada di sekitar banjar. Jumlah tersebut diperkirakan adalah 95 persen dari total keseluruhan rumah tangga yang ada di Banjar Tegeh Sari.
Kini, dengan berlakunya peraturan pemilahan sampah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Denpasar mulai Bulan Oktober 2024 ini, Banjar Tegeh Sari juga sudah lebih dari siap menghadapi itu. Meski masih ada sedikit masyarakat yang masih perlu diedukasi, namun niat mereka untuk memilah sampah sudah mulai ada.
Mantrayasa menegaskan komitmennya agar tetap konsisten dengan pembiasaan pemilahan sampah yang sudah berjalan.
“Ketika ketemu rumah dia belum memilah, kita edukasi langsung. Kita sampaikan belum terpilah, kemudian mereka (bilang) nanti saya pilah,” ucapnya.
“Dari kelompok yang bergerak ini sudah menyatakan nggak usah lagi kita mundur (dalam pengelolaan sampah), kita harus maju terus,” tegas Mantrayasa.
Dengan niat dan kebiasaan yang sudah mulai terbentuk pada masyarakat, Mantrayasa berharap agar program tersebut dapat kontinyu. Dia mengharapkan agar Astra yang senantiasa hadir untuk membantu juga dapat terus hadir dalam program di banjarnya.
Mantrayasa memiliki harapan agar sistem pembuangan sampah di Banjar Tegeh Sari dapat berkembang menjadi sistem pengolahan sampah. Sebab, dia merasa jika pihaknya dapat mengolah beberapa jenis sampah secara mandiri di banjarnya.
Sehingga hal tersebut juga dapat meengurangi beban sampah yang dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“(Agar Astra) tetap bisa mendampingi kegiatan-kegiatan kami. Kalau bisa, kita perlu pengelolaan karena di kota ini berat sekali untuk mengelola. Ada beberapa yang kita bisa olah di sini sehingga tidak dibawa ke TPA.
Kontributor : Putu Yonata Udawananda