Dari Rektor Hingga Duta Besar: Menelusuri Jejak Pengabdian Prof. Dr. Ida Bagus Mantra

Ide-ide dan gagasan Ida Bagus Mantra mengenai pentingnya menjaga harga diri melalui penguatan lima pilar tradisi Bali.

Eviera Paramita Sandi
Kamis, 04 Juli 2024 | 20:19 WIB
Dari Rektor Hingga Duta Besar: Menelusuri Jejak Pengabdian Prof. Dr. Ida Bagus Mantra
Prof Dr Ida Bagus Mantra

SuaraBali.id - Profil Prof. Dr. Ida Bagus Mantra adalah salah satu sosok yang melegenda di Bali. Saat ini namanya dikenang sebagai nama jalan di Bali.

Gubernur Bali kelima tersebut memimpin Bali sebanyak dua periode, yaitu 1978-1983 (periode pertama) dan 1983-1988 (periode kedua).

“Orang Bali harus menyadari harga dirinya” begitulah pesan moral Ida Bagus Mantra kepada orang Bali karena merasa prihatin pada tradisi Bali yang semakin ditindas oleh budaya Barat.

Harga diri orang Bali menurut Ida Bagus Mantra dapat dibangun dan ditata melalui lima hubungan korelasional antara agama, seni, budaya, bahasa, dan ekonomi yang disebut dengan landasan kebudayaan.

Baca Juga:Merger Picu Kontroversi, Nasib Para Karyawan Angkasa Pura di Ujung Tanduk?

Ide-ide dan gagasan Ida Bagus Mantra mengenai pentingnya menjaga “harga diri” melalui penguatan lima pilar tradisi Bali inilah yang membuatnya mendapat tempat tersendiri dalam masyarakat Bali.

Lalu seperti apa profilnya :

Prof. Dr. Ida Bagus Mantra lahir pada  8 Mei 1928. Ayahnya Ida Bagus Rai adalah seorang pedanda (pendeta Hindu) di Geriya Kedaton.

Ida Bagus Mantra kecil tumbuh sebagai pribadi santun yang religius. Ia juga mendalami sastra Timur di AMS (Algemene Middelbare School) di Makasar (1947-1949), kemudian melanjutkan studinya di Visva Bharati University Santineketan West Bengal, India.

Gelar masternya diraih tahun 1954 sedangkan gelar doktor ia sandang pada tahun 1957 dengan disertasi berjudul “Hindu Literature and Religion in Indonesia”.

Baca Juga:Dari Sarapan Hingga Hangout Malam, Ini Rekomendasi Tempat Makan Kekinian di Canggu

Prof Ida Bagus Mantra pernah menjabat sebagai Gubernur Bali, sosok di balik berdirinya Fakultas Sastra  Udayana cabang Universitas Airlangga Surabaya yang diresmikan tanggal 29 September 1958.

Fakultas Sastra Udayana tersebut diharapkan menjadi sumbert inspirasi dan motivasi di dalam menggali, mengajegkan, dan mempertahankan kebudayaan Bali.

Prof. Dr. Ida Bagus Mantra juga pernah menjadi Dekan Fakultas Sastra, dan dipercaya menjabat sebagai Rektor Universitas Udayana yang pertama. Dia juga menggagas terbentuknya Maha Widya Bhawana Institut Hindu Dharma (IHD) pada tanggal 3 Oktober 1963, yang sekarang menjadi Universitas Hindu Indonesia Denpasar.

Prof. Dr. Ida Bagus Mantra juga dipercaya oleh pemerintah menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan. Kepemimpinannya yang mengagumkan inilah yang akhirnya mengusung Ida Bagus Mantra menduduki jabatan Gubernur Bali.

Pada periode pertama jabatannya (1978), ia menggulirkan kebijakan menetapkan kebudayaan Bali yang dijiwai oleh nilai-nilai Hindu. 

Setelah purna tugas sebagai gubernur, Prof.Dr. Ida Bagus Mantra diberi kepercayaan untuk memangku jabatan sebagai Duta Besar Luar Biasa di India untuk masa bakti tiga tahun (1989-1992).

Setelah masa bhakti sebagai duta besar berakhir dan masa bhakti sebagai guru besar sejarah kebudayaan di Fakultas Sastyra Universitas Udayana Denpasar pada tahun 1993.

Negara kembali memberikan kepercayaan kepada Ida Bagus Mantra sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) untuk masa bhakti tahun 1993-1998. Pada 10 Juli 1995, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra telah menghembuskan nafas terakhirnya di Denpasar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak