SuaraBali.id - 500 ribu perceraian terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Hal ini sangat disayangkan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.
Pada peringatan Hari Keluarga Nasional yang dipusatkan di Bali, Selasa (4/6/2024) Hasto mengatakan ada faktor masalah kesehatan mental dan jiwa yang menjadi penyebab perceraian.
“Hari ini kasus perceraian dalam setahun tidak kurang dari 500 ribu pasangan. Dalam rangka Hari Keluarga Nasional, ini kesedihan mendalam,” kata Hasto.
Kendati demikian, ia belum memetakan provinsi mana yang presentase perceraiannya tinggi. Kendati demikian, jumlahnya diperkirakan masih dipimpin Jawa Barat.
Baca Juga:Toko Sembako di Denpasar Dibobol Maling, Banyak Rokok Hilang
Hasto ingin angka 500 ribu kasus perceraian dalam setahun ini menjadi momentum introspeksi diri, sebab itu baru data perceraian inkrah di pengadilan.
“Artinya belum lagi yang sudah mengajukan tapi belum disahkan, belum lagi yang satu rumah tapi lama diam-diaman,” ucap Hasto.
Sedangkan peningkatan di Tanah Air terjadi sejak 2015. Sebab pada tahun 2010 angkanya masih 200 ribu per tahun.
Kondisi ini disebut memberi kerugian terhadap anak-anak yang ditinggalkan, sebab ketika orang tua bercerai, kemudian ada ratusan ribu janda yang perlu diperhitungkan nasib ekonominya, apalagi BKKBN mencatat pada sejumlah daerah, janda ada di kelompok miskin ekstrem.
“Oleh karena itu di hari ini, kita tidak hanya bangun raganya, stuntingnya turun, penggunaan kontrasepsi meningkat, tapi juga bangun jiwanya,” tutur Hasto. (ANTARA)
Baca Juga:Lulusan SD di Denpasar Yang Tak Tertampung di SMP Negeri Akan Dapat Subsidi Rp 1 Juta