13 Tahun Berjuang Melawan Epilepsi, Nyoman Swangangga Ingin Anaknya Sembuh

Ia menyebut bahwa 1 dari 100 orang menderita epilepsi dan di Indonesia terdapat 150 ribu kasus per tahun.

Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 29 Maret 2024 | 13:51 WIB
13 Tahun Berjuang Melawan Epilepsi, Nyoman Swangangga Ingin Anaknya Sembuh
Bedah epilepsi yang dilakukan tim dokter di Siloam Hospitals Bali [Istimewa]

Menurut dr. Dewa Putu Wisnu Wardhana, (Neurosurgeon) beberapa modalitas yang dapat digunakan dalam deteksi epilepsi dan penyebabnya yaitu, pemeriksaan EEG : Elektroensefalografi  yang merekam aktifitas elektrik spontan dari otak, selama periode tertentu (30 menit), dari elektrode yang di pasang di kulit kepala dan melalui MRI (di kepala). 

"Hal ini untuk menilai anatomi otak dan menyingkirkan kelainan otak lain sebagai penyebab epilepsi,” tuturnya.  

Sedangkan metode penanganan yang lebih mutakhir untuk mengatasi epilepsi menurut Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas adalah dengan Terapi VNS dan DBS.

VNS terapi atau disebut stimulasi saraf vagus yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA). Ini merupakan terapi tambahan untuk orang dewasa dan anak-anak berusia 4 tahun ke atas.

Baca Juga:Wisman yang Melintas di Uluwatu Langsung Diminta Bayar Pungutan

Terapi ini telah disetujui untuk mengobati kejang fokal atau parsial yang tidak merespons obat kejang.

Adapun stimulasi saraf vagus (VNS) dapat mencegah atau mengurangi kejang dengan mengirimkan energi listrik ringan dan teratur ke otak melalui saraf vagus.

“Terapi stimulasi otak dalam (Deep Brain Stimulation) atau DBS merupakan penggunaan alat untuk membantu mengendalikan kejang sehingga Dilakukan pembedahan untuk memasang alat,” jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini