SuaraBali.id - Setiap daerah tentu memiliki mitos atau kepercayaan masyarakat setempat. Bahkan, mitos-mitos tersebut kini dijadikan sebuah tradisi atau kebiasaan masyarakat, lantaran mereka sudah terlanjur percaya.
Seperti yang terjadi di Singaraja, Buleleng, Bali. Masyarakat sekitar percaya dengan adanya mitos ‘Tepuk daun Ying-ying’.
Mitos yang dilogika tidak bisa namun nyata adanya itu kini bahkan menjadi sebuah tradisi. Pasalnya, masyarakat Singaraja percaya.
Mitos yang tumbuh di lingkungan tersebut adalah adanya kepercayaan bahwa bagi anak balita yang terlambat bisa berjalan akan ditepuk-tepuk menggunakan daun dari tanaman “Ying-ying/ingan-ingan”.
Baca Juga:Motor Parkir di Pinggir Jalan Digondol Maling, Warganet Khawatir Bali Tak Seperti Dulu
Konon, jika sudah ditepuk dengan tanaman tersebut si bayi bisa segera berjalan. Dalam video yang diunggah akun Dexs Elyx memperlihatkan ekspresi anak bayi yang sedang ditepuk dengan tanaman Ying-ying tersebut.
Awalnya, bayi ini merasa aneh melihat Kumpulan daun Ying-ying tersebut. Ia tampak berdiri dan dipegangi oleh seorang Perempuan diduga ibunya.
Kemudian pria yang membawa tanaman ying-ying itu sontak menepuk-nepukkan daun Ying-ying ke kaki si bayi dengan Gerakan memutar.
Setelah ditepuk beberapa kali, si bayi justru tertawa dan seperti penasaran dengan daun tersebut. Video ini sontak mengundang beragam komentar dari warganet.
“Di tempat saya pake rotan.biar sakit supaya langsung lari ,” komentar @yunita_kolo.
Baca Juga:Bule Amerika Bersimbah Darah di Kuta, Pemilik Guest House Angkat Bicara
“Di sanur juga pakek daun gitu,” sahut @kadeksantikadewi.
“di tempatku pake belut kecil,” ucap @ndung_wae.
Setiap bayi tentu memiliki fase berkembang dan bertumbuh yang beda-beda. Pada dasarnya, tidak terdapat usia pasti kapan anak perlu mulai berjalan jalan.
Melansir dari laman Indonesian Orthopedic Association, Kemampuan anak untuk berjalan ditentukan berdasarkan sebuah konsep yang dikenal sebagai ‘motoric development milestone’.
Setiap tahap perkembangan milestone dicapai berdasarkan pertumbuhan otak dari setiap anak dan usia anak untuk mencapai tiap tahapan dapat berbeda satu dengan yang lainnya.
Kontributor : Kanita