Sanghyang Jaran, Tarian Sakral Masyarakat Badung

Tari Sanghyang Jaran merupakan tarian sakral khas Masyarakat Bungkulan, khususnya Banjar Badung

Muhammad Yunus
Kamis, 28 Desember 2023 | 05:24 WIB
Sanghyang Jaran, Tarian Sakral Masyarakat Badung
Tari Sanghyang Jaran [Sumber Foto: Laman Desa Buleleng]

SuaraBali.id - Bali, Pulau yang kaya akan kesenian. Bahkan kesenian tersebut memiliki ciri khas yang tak dimiliki oleh daerah lain.

Seperti kesenian yang satu ini, Sanghyang Jaran, apakah kalian pernah mendengar sebelumnya?

Melansir dari laman Desa Buleleng, Tari Sanghyang Jaran merupakan tarian sakral khas Masyarakat Bungkulan, khususnya Banjar Badung.

Tari Sanghyang Jaran yang berkembang di Banjar Badung, Bungkulan ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan Sanghyang Jaran di daerah lain.

Baca Juga:Cinta Humor? Jangan Lewatkan Drama Tari Topeng Bondres, Seni Tradisional yang Bikin Tawa

Contohnya seperti ritual Tari Sanghyang di Bali Selatan, penari biasanya menunggangi seekor kuda yang terbuat dari anyaman bambu.

Sementara Tari Sanghyang yang ada di Desa Bungkulan tidak menggunakan properti apapun. Kostum yang digunakana juga cukup sederhana, hanya menggunakan badong, ampok-ampok, gongseng di tangan dan kaki tanpa menggunakan baju.

Sebelum pentas, tubuh penari akan dipolesi semacam tapak dara bebentuk tanda tambah yang terbuat dari pamor. Bagian tubuh yang polesi adalah punggung, kedua lengan tangan, kening dan dada. Penari tidak menggunakan kain atau kamen dan hanya menggunakan celana pendek berwarna gelap.

Tarian ini memiliki makna spiritualitas dan religiusitas yang tinggi bagi pengemponnya. Sanghyang Jaran adalah warisan pra Hindu yang biasanya dipentaskan bertepatan dengan upacara nangluk merana pada purnama sasih keenem.

Mengapa pada sasih keenem?

Baca Juga:Penarinya Gadis dan Belum Menikah, ini Sejarah Tari Pendet

Pada sasih tersebut biasanya akan jatuh di Bulan Desember, bulan Dimana masa pancaroba, perubahan musim yang ekstrem dan munculnya penyakit serba wabah Dimana-mana.

Untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut, Sanghyang Jaran diturunkan untuk menetralisir bumi yang sedang mengalami ketidakseimbangan.

Tari Sanghyang Jaran termasuk dalam tarian wali lantaran memerlukan serangkaian upacara untuk mementaskannya.

Pementasan atau nuntun dilakukan selama dua hari yakni, sehari sebelum purnama dan tepat dihari purnama.

Tari Sanghyang Jaran ini tak hanya dipentaskan saat sasih keenem saja, tarian ini juga sering dipentaskan pada kondisi-kondisi tertentu, seperti grubug, pabrebeh desa atau banjar dan sebagainya.

Kontributor : Kanita

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini