SuaraBali.id - Salah satu kesenian khas Bali yang cukup populer adalah Tarian Calon Arang. Biasanya, drama tarian ini digelar hanya saat melukat atau membersihkan desa.
Tarian Calon Arang ini termasuk dalam kategori ritual sakral atau kesenian untuk kepentingan ritual yang sakral. Calon Arang ini juga cukup diminati oleh masyarakat Bali.
Drama Tari Calon Arang ini mengisahkan tentang tokoh antagonis yang melegenda di Pulau Bali dan di daerah asalnya, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Calon Arang ini dikenal makhluk jadi-jadian yang sangat menyeramkan dan menguasai ilmu leak tingkat tinggi sehingga sangat ditakuti.
Baca Juga:Sosok Dan Profil Oka Antara, Aktor Berdarah Bali yang Sempat Jadi Warga Negara Amerika
Karena tema yang diusung sangat mistis dan horror, kesenian ini akhirnya tidak dipentaskan disembarang tempat, sehingga jarang ditemukan.
Melansir dari laman ISI Denpasar, Calon Arang menceritakan Zaman Pemerintahan Prabu Erlangga di Kahuripan (Jawa Timur) pada abad IX.
Seni drama tari ini menceritakan seorang janda sakti dan penguasa ilmu hitam bernama Calon Arang. Ia menyerang Kerajaan Daha yang menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa.
Untuk menghentikan perbuatan janda tersebut, Prabu Erlangga meminta bantuan seorang brahmana dari Lemah Tulis bernama Empu Bharadah. Kekuatan ilmu putih Empu Bharadah ini berhasil mengalahkan Calon Arang.
Dalam drama tari Calon Arang ini biasanya menunjukkan adegan kekuatan dan kekebalan di beberapa bagiannya, seperti memperagakan adegan menusuk rangda dengan senjata tajam dan semacamnya.
Baca Juga:Sosok Dan Profil Tamara Bleszynski, Artis Populer yang Kini Tinggal Dan Berbisnis di Bali
Karena hal itulah, Calon Arang sering dianggap sebagai pertunjukkan adu kesaktian (batin). Meski demikian, drama tari Calon Arang ini masih cukup digemari.
Kini, Calon Arang telah berkembang menjadi 3 varian, Calon Arang Klasik, Calon Arang Prembon, dan Calon Arang Anyar. Ketiganya masih tetap menampilkan lakon-lakon yang berkaitan dengan masalah ilmu hitam.
Kepopuleran cerita Tari Calon Arang ini bukan karena kebaikannya, namun karena kejahatannya yang menguasai ilmu hitam dan mengganggu kehidupan orang lain hingga menimbulkan kesengsaraan.
Kontributor: Kanita Auliyana Lestari