Gereja PNIEL Blimbingsari Tempat Ibadah Kristen di Bali yang Mirip Pura

Gereja PNIEL Blimbingsari ini menyerupai Pura, yang tak lain tempat ibadah umat Hindu.

Eviera Paramita Sandi
Kamis, 05 Oktober 2023 | 14:00 WIB
Gereja PNIEL Blimbingsari Tempat Ibadah Kristen di Bali yang Mirip Pura
Gereja PNIEL Blimbingsari [kebudayaan.kemdikbud.go.id]

SuaraBali.id - Bangunan tempat ibadah umat Kristen, Gereja umumnya berbentuk seperti menara atau kubah. Namun berbeda dengan gereja yang satu ini.

Iya, terbilang cukup unik dan menarik, gereja ini dibangun sesuai dengan daerah asal berdirinya bangunan tersebut.

Bukan berbentuk menara, gereja ini berbentuk seperti pura. Gereja PNIEL Blimbingsari ini menyerupai Pura, yang tak lain tempat ibadah umat Hindu.

Melansir dari laman kebudayaan kemdikbud, Penduduk di Desa Blimbingsari mayoritas memeluk agama Kristen Protestan.

Baca Juga:Mengenal Struktur Bangunan Pura Besakih, Tempat Ibadah di Bali yang Megah

Gereja PNIEL Blimbingsari kental dengan ornament khas bali seperti ukiran-ukiran, candi kurung (kori agung), candi bentar, bale kul-kul sebagai pengganti lonceng yang biasa identik dengan bangunan gereja dan gaya arsitektur bangunan gereja menyerupai wantilan atau bangunan semi terbuka tanpa adanya tembok penyekat bangunan.

Sejarah berdirinya gereja GKPB Blimbingsari

Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda sekitar tahun 1939 muncul berbagai komplik salah satunya terkait komplik agama yang berdampak besar di wilayah Kota Denpasar dan sekitarnya.

Pemerintahan kolonial Belanda akhirnya berinisiatif memindahkan masyarakat yang berkomplik ke wilayah Bali bagian barat di sekitar hutan Desa Melaya yang terkenal angker dan masih lebat.

Beberapa orang dari atas perbukitan sebelah utara Desa Melaya melihat dibagian selatan atau yang sekarang disebut Desa Blimbingsari, ada cahaya yang menyerupai salib. Setelah itu sekitar 30 orang mulai berabas hutan disekitar tempat yang berbentuk salib tersebut dan membuka lahan pemukimanan dan perkebunan.

Baca Juga:Puja Mandala, Tempat Ibadah di Bali Untuk 5 Agama Sekaligus

Pada saat itu pembagian lahan sudah nampak jelas dan dibagi rata dengan cara lotre, masing-masing mendapatkan 2 hektar tanah termasuk 20 are untuk pekarangan.

Rumah penduduk akhirnya tertata dengan baik, tempat ibadah (gereja) dan kantor desa berada di tempat sentral, hutan dan lahan pertanian dibagian utara desa.

Pemakaman berada di selatan desa, khusus untuk bangunan gerja GKPB Blimbingsari dibangun di atas lahan yang memiliki kontur meninggi di bagian pojok perempatan Desa Blimbingsari, gereja menghadap ke arah selatan berhadap-hadapan dengan kantor Desa Blimbingsari.

Kontributor : Kanita

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak