Santri di Lombok Dikeroyok Teman-temannya Dituduh Mencuri Dan Dipaksa Mengaku

Dari foto yang diterima Suara.com, mata sebelah kiri santri tersebut nampak membengkak dan telinga terlihat memar.

Eviera Paramita Sandi
Senin, 20 Februari 2023 | 20:36 WIB
Santri di Lombok Dikeroyok Teman-temannya Dituduh Mencuri Dan Dipaksa Mengaku
Ilustrasi bullying [Pixabay]

SuaraBali.id - Siswa salah satu pondok pesantren (Ponpes) di Aikmel, Lombok Timur (Lotim) diduga mengalami kekerasan fisik dan mendapatkan bullying dari teman-temannya. Ia mengalami hal ini lantaran dituduh mencuri di lingkungan Ponpes.

Dari foto yang diterima Suara.com, mata sebelah kiri santri tersebut nampak membengkak dan telinga terlihat memar.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Lotim, Judan Putrabaya menceritakan kejadian bermula saat  enam orang siswa SMA menjemput paksa korban dikamarnya pada malam Jumat, (17/2/2023) sekitar pukul 21.00.

Korban awalnya tidak menaruh curiga atas penjemputannya sehingga mau dibawa ke lantai dua. Sesampainya para pelaku mengintrogasi korban terkait uang yang hilang milik salah satu pelaku.

Saat itu korban berulang kali menolak dan tidak mengakui perbuatannya. Melihat hal itu, para pelaku mengancam jika tidak mengakui maka tidak akan di bawa ke lantai dasar menuju kamarnya. 

Tapi jika mengakui maka tidak akan dipukul dan akan diantar ke lantai dasar. Sontak korban pun dengan terpaksa mengakuinya.

“Setelah terpaksa mengakui korban di pukuli oleh setidaknya enam orang secara membabi buta hingga korban mengalami luka memar di sekujur wajah dan telinga,” terang Judan saat dikonfirmasi suara.com, Senin (20/2/2023).

Keluarga korban pun tengah melaporkan kasus ini. LPA juga sudah berkoordinasi dengan dinas terkait melalui UPTD PPA Lotim untuk penanganan medis maupun non medis.

“Kami menyampaikan rasa keperihatianan dan penyesalan mendalam atas peristiwa ini. Sebab menurut ponpes kini sesungguhnya telah mulai menjadi alternatif para orang tua untuk wadah pembinan moral dan akhlaq”, keluhnya.

Judan menilai saat ini  Ponpes banyak yang mengalami perilaku menyimpang. Terlebih ia melihat ponpes yang menjadi tempat kekerasan fisik ini dinilai cukup besar di Lotim.

Sehingga sulit dibayangkan jika ponpes ini kecolongan dengan perilaku tidak terpuji siswanya.

“Dimana fungsi pengawasan atau kontrol para mudir atau penjaga terhadap para santri yang menjadi tanggungjawab mereka," kata Judan bertanya.

Ia meminta pengasuh Ponpes jangan mengangap sepele dan apalagi abai dengan potensi - potensi berbagai kasus kekerasan di lingkungan Ponpes.

Sebab setiap ada kerumunan berpotensi terjadinya berbagai bentuk kekerasan.

“Fungsi kontrol yang maksimal harus dilakukan, jangan lagi ada pondok- pondok pesantren sampai kehilangan kepercayaan dari warga masyarakat," harapnya.

Terpisah, Kepala Seksi Humas Polres Lotim, Iptu Nicolas Oesman mengaku telah menerima laporan dari orangtua korban dan tinggal menunggu korbam untuk diperiksa beserta terduga pelaku.

“Soal bully saya kurang tau yang jelas korban dikeroyok sama temannya," aku Nicolas.

Kontributor:  Toni Hermawan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini