Warga Desa Pengadangan Makan Bersama di Dulang Saat Ritual Betetulak

Makna Beteulak yang berarti mengembalikan hakikat hidup kepada yang maha kuasa.

Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 22 Oktober 2022 | 15:44 WIB
Warga Desa Pengadangan Makan Bersama di Dulang Saat Ritual Betetulak
Masyarakat desa Pengadangan saat menyantap makanan dari dulang yang disipakan pada ritual Betetulak, Rabu sore (19/10/2022). [Suara.com/Tony Hermawan]

SuaraBali.id - Ritual adat Betetulak atau dalam bahasa indonesia bermakna “Kembali” dilakukan turun-temurun dilaksanakan masyarakat Desa Pengadangan, Lombok Timur (Lotim) sebagai wujud menyatukan adat dan agama.

Makna Beteulak yang berarti mengembalikan hakikat hidup kepada yang maha kuasa.

Pembina Lembaga Adat Desa Pengadangan H Asipuddin mengatakan, bahwa tradisi Betetulak sebagai kebutuhan masyarakat guna mengembalikan hakikat hidup.

Karena banyak manusia lupa momen untuk mengembalikan semuanya kepada yang kuasa.

"Itulah makna hakikat Betetulak", kata Asippuddin Rabu sore, (19/10/2022)

Ia melanjutkan, tradisi bebetulak ini sebagai ritual doa bersama tiap tahun. Guna sebagai refleksi diri selama setahun. Serta meningkatkan rasa kesyukuran umat manusia.

"Acara ini (betetulak) memang dari leluhur kami sebagai ritual doa bersama dengan masyarakat", tambahnya.

Tradisi Betetulak, pamerkan parade 5000 dulang hingga membawa mengarak bendera merah putih bersama masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, unsur pemerintah, TNI-Polri

Saat tradisi Betetulak, ibu-ibu membawa sajian makan dengan tudung saji atau masyarakat sekitar menyebutkan dulang.

Nantinya usai prosesi doa bersama masyarakat akan memakannya nasi secara bersama, mulai dari tokoh agama, tokoh adat dan masyarakat.

Sebelumnya, unsur pemerintah, tokoh adat, agama dan masyarakat mengarak bendera dan nantinya akan ketemu di perempatan jalanan desa.

"Alhamdulillah bisa bersatu ditempat ini, pemerintah dan rakyat berjejer" katanya.

Usai mengarak bendera, tokoh adat dan tokoh agama dan masyarak duduk lesehan dijalanan desa. Selanjutnya membaca doa-doa yang dipimpin oleh tokoh agama. Usai pembaca doa-doa, masyarakat duduk bersama menyantap dulang-dulang yang sudah disiapkan masyarakat. Namun catatannya, makanan yang disantap jangan bersisa.

"Bapak pimpinan dari provinsi kabupaten bisa bersatau, pemuda, TNI-Polisi, tokoh agama, tokoh adat serta masyarakat bisa bersatu",  pungkasnya.

Kontributor: Toni Hermawan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini