Dilema Rumah Makan Minang di Denpasar Siasati Harga Cabai yang Naik

Ia mengaku dilematis dengan kenaikan harga cabai yang meroket di pasaran tersebut.

Eviera Paramita Sandi
Selasa, 28 Juni 2022 | 17:25 WIB
Dilema Rumah Makan Minang di Denpasar Siasati Harga Cabai yang Naik
Ilustrasi sajian nasi padang (Envato Elements)

SuaraBali.id - Kenaikan harga cabai di pasaran Kota Denpasar membuat masyarakat panik.

Salah satunya adalah para pedagang makanan yang setiap harinya membutuhkan pasokan cabai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan makanannya.

Salah satunya adalah pedagang Hasan Chaniago (46) salah seorang pengusaha Rumah Makan Minang di kawasan jalan Gatot Subroto Barat, Denpasar, Bali.

Ia mengaku dilematis dengan kenaikan harga cabai yang meroket di pasaran tersebut.

Baca Juga:Cabai di Bali Mahal Tapi Petani Di Denpasar Tak Bahagia, Bingung Harga di Pasar Tinggi

Pasalnya, di satu sisi kenaikan tersebut cukup membuat keuntungan rumah makannya berkurang,

Di sisi lain, ia tidak ingin kehilangan pelanggan jika memutuskan menaikkan harga jual makanannya.

“Ya berat lah, di satu sisi kalau dinaikin nanti pelanggan kabur, kalau gak dinaikin untung berkurang,” katanya saat ditemui Suara.com, Selasa 28 Juni 2022.

Sehingga dirinya sementara ini memilih pilihan berat dengan tidak menaikkan harga demi kepuasan pelanggan.

“Mau gimana lagi demi pelanggan biar nggak kabur,” katanya.

Baca Juga:Viral, Pria Mirip YouTuber Reza Arap Tengah Duduk di Depan Toko Bikini Seminyak

Ia mengatakan setiap harinya ia membutuhkan sekitar 9 kilogram cabai untuk usahanya itu.

Pun untuk masakan Padang sendiri akan sangat sulit mengakalinya karena tentu akan berpengaruh pada rasa.

"Kalau dikurangi, di bumbu juga pasti akan terasa. Sekarang yang penting dapet aja. Soalnya kalo naikin harga, aduh lagi begini kondisinya, susah. Momennya nggak tepat," ujarnya.

Bagi Hasan, hal ini merupakan salah satu risiko dari pengusaha. Di mana pasti suatu saat harga akan naik, pun juga akan turun nantinya.

"Kalau Padang bumbu beda itu susah. Tinggi juga mau ngga mau tetap dibeli. Namanya kayak begituan mah udah faktor bisnis. Pusing mah ya ada  cuman ya Alhamdulillah aja ada aja," kata Hasan.

Di sisi lain, seorang ibu rumah tangga Ni Nyoman Sariasih (38) juga mengaku pusing dengan kenaikan harga cabai tersebut.

Ia bahkan mengaku untuk menyiasati mahalnya cabai, selain mengurangi jumlah pembelian dirinya juga memilih untuk memasak masakan yang tidak menggunakan cabai

"Ya masak yang tidak pakai cabai, belinya juga sesuai kebutuhan aja” terang Sariasih.

Ia pun juga berharap, harga komoditi pangan di pasaran bisa kembali normal.

“Kita sih rakyat kecil berharap harga turun ya,” singkat dia.

Kontributor: Ragil Armando

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak