Cabai di Bali Mahal Tapi Petani Di Denpasar Tak Bahagia, Bingung Harga di Pasar Tinggi

Subrata juga mensinyalir bahwa jatuhnya harga cabai di kalangan petani ini dikarenakan adanya ancaman gagal panen.

Eviera Paramita Sandi
Selasa, 28 Juni 2022 | 17:14 WIB
Cabai di Bali Mahal Tapi Petani Di Denpasar Tak Bahagia, Bingung Harga di Pasar Tinggi
Seorang petani asal Desa Peguyangan Kangin, Denpasar, Wayan Subrata (57) sedang memanen cabainya lebih awal agar tidak membusuk. [Suara.com/Ragil Armando]

SuaraBali.id - Tingginya harga cabai di Bali ternyata tidak membuat para petani cabai berbahagia, khususnya di kawasan perbatasan Denpasar-Badung.

Salah satu petani yang mengeluh adalah Wayan Subrata (57) seorang petani asal Desa Peguyangan Kangin, Denpasar.

Saat ditemui Suara.com, ia mengaku justru mereka merasa kenaikan cabai di pasaran tidak membuat peningkatan kesejahteraan para petani.

Pasalnya, harga di tingkat petani masih berkisar Rp70 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya, harga di tingkat petani bisa mencapai Rp100 ribu per kilogram.

Baca Juga:Viral, Pria Mirip YouTuber Reza Arap Tengah Duduk di Depan Toko Bikini Seminyak

Sementara di pasaran justru harga yang dijual para pedagang adalah Rp100 ribu per kg.

“Ya itu harga di pasar, cabai saya dihargai 70 ribu per kg, padahal saya tidak menjual lewat tengkulak, langsung ke pasar,” ucapnya sembari memetik cabai yang ditanamnya, Selasa 28 Juni 2022.

Subrata juga mensinyalir bahwa jatuhnya harga cabai di kalangan petani ini dikarenakan adanya ancaman gagal panen.

Sehingga, ia terpaksa memanen lebih cepat buah cabai yang masih hijau lantaran takut membusuk dan menghitam.

Bahkan, Subrata mengatakan dari sepetak lahan berukuran 1 are miliknya, sekali panen dirinya bisa mendapat 12-15 kg, tetapi kini ia hanya mendapat 4-6 kg cabai saja.

Baca Juga:Penyebrangan Gilimanuk-Ketapang Terkendala Cuaca Buruk, Antrean Kendaraan Mengular

“Mungkin karena masih hijau sudah di panen makanya jatuh kualitasnya, tapi saya bingung kok di pasar masih tinggi,” ujarnya.

Subrata juga mengakui bahwa di wilayahnya hanya dirinya dan beberapa petani yang masih setia menanam cabai.

“Sekarang masih musim dingin, itu penyebab buah cabai gampang membusuk, sebenarnya kalau mau bagus ya di bulan Agustus di tanam. Nanti Agustus biasanya banyak yang tanam cabai,” paparnya.

Sehingga, pihaknya berharap adanya uluran bantuan dari pemerintah utamanya pendampingan dan ketersediaan pupuk yang kian hari kian mahal.

“Minta bantuan dari pemerintah lah, ini pupuk makin hari makin mahal, biar murah lah,” harapnya.

Kontributor: Ragil Armando

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak