Bule Ini Diserang Warganet Karena Sebut Belanda Datang ke Indonesia Bukan Untuk Menjajah

Sebagaimana terlihat di akun TikToknya, bule tersebut memang kerap membagikan kegiatan tinggal di Indonesia.

Eviera Paramita Sandi
Rabu, 08 Juni 2022 | 13:28 WIB
Bule Ini Diserang Warganet Karena Sebut Belanda Datang ke Indonesia Bukan Untuk Menjajah
Sejarah Tanam Paksa, salah satu sejarah paling kelam penjajahan Belanda. (istimewa)

SuaraBali.id - Seorang pria bule viral di media sosial lantaran menyebut soal sejarah Belanda datang ke Indonesia. Menurutnya hal kedatangan Belanda bukan untuk menjajah, melainkan untuk misi membangun perekonomian yang lebih baik.

Ia mengungkapkan pernyataannya itu lewat akun TikTok sang bule dengan nama akun @bapakbule.

Video tersebut pun viral dan dibagikan kembali di akun Instagram @viral6com.

Sebagaimana terlihat di akun TikToknya, bule tersebut memang kerap membagikan kegiatan tinggal di Indonesia lewat akun TikToknya.

Ia juga sudah cukup fasih menggunakan bahasa Indonesia.

Selain itu ia mempunyai ribuan followers di akun TikToknya. Kepada pengikutnya, bule tersebut mengaku berasal dari Negara Belanda.

Hal itulah yang memancing warganet menanyakan historis Belanda datang ke Indonesia.

"Orang Belanda tahu engga mereka pernah menjajah Indonesia?," tulis pertanyaan warganet.

Bule tersebut juga menanggapi komentar warganet lewat rekaman video. Dirinya mengaku bahwa dalam sejarah orang Belanda, datang ke Indonesia bukan untuk menjajah.

"Ya tahu lah. Tapi di buku sejarah orang Belanda kita datang untuk bantu negara ini, untuk ekonomi yang lebih baik dong, jadi itu engga benar," kata bule seperti dikutip Beritahits.id pada Selasa, (7/06/2022).

Klarifikasi

Di video lain, bule tersebut akhirnya membuat klarifikasi setelah mendapat komentar menohok dari warganet Indonesia.

"Guys, aku bukan maksud begitu. Tapi ada beberapa buku yang ditulis kayak gitu. Yang jelas aku nggak setuju sama sejarah Belanda. Dan aku pikir juga enggak ada yang setuju sama apa yang mereka lakuin. Jadi aku bilang lagi dari semua orang Belanda. Maaf atas semua kesalahan nenek moyang," ungkap bule.

Video Selengkapnya

Mengingat Kembali Masa Penjajahan Belanda dan Jepang

Sebelum merdeka, masyarakat Indonesia hidup dalam masa penjajahan kolonial Belanda dan Jepang. Masyarakat pribumi dijajah dan dijadikan budak di tanah kelahirannya sendiri, hingga pada 17 Agustus 1945 di bawah kepemimpinan Ir. Soekarno dan Bung Hatta Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaan.

Terlepas dari hari kemerdekaan, perlu juga tahu bagaimana beratnya masyarakat hidup di masa penjajahan kolonial dan Jepang agar bisa lebih menghargai, bersyukur sudah tidak lagi hidup di masa tersebut.

Masa penjajahan kolonial Belanda

Mengutip Ruang Guru, Senin (16/8/2021) bangsa kolonial menjajah Indonesia selama 350 tahun atau 3,5 abad lamanya. Selama itu pula banyak hal yang diubah dan diatur oleh bangsa Belanda dari pembukaan lahan, pembangunan infrastruktur hingga mengubah alat pembayaran.

1. Hutan Indonesia dibabat dijadikan perkebunan

Meskipun telah berkembang sebelum penjajahan, perkebunan di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup signifikan.

Adanya penambahan jumlah lahan untuk mengembangkan berbagai tanaman ekspor. Pemerintah Kolonial juga melibatkan perusahaan asing untuk berinvestasi di Indonesia. Hutan dibuka untuk pembukaan lahan perkebunan.

Akibat kolonial Belanda berfokus pada perkebunan ini, menyebabkan adanya perjanjian Politik Etis yang memberikan tiga keuntungan: 1) Irigasi, 2) Transmigrasi, dan 3) Edukasi.

Hutan-hutan di Sumatera Selatan dibabat dan diubah kegunaannya. Sebagian ada yang menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Ada juga yang menjadi lahan irigasi yang digunakan di sepanjang alirannya dimanfaatkan sebagai lumbung padi.

Salah satu bekas peninggalan yang paling nyata adalah saluran air Bendung Komering 10 di Kabupaten OKU Timur, untuk mengaliri lahan perkebunan dan pertanian.

2. Berdirinya Jalan Raya Pos

Herman Willem Daendels adalah sosok di belakang berdirinya Jalan Raya Pos, datang ke Batavia pada 5 Januari 1808. Sebagai Gubernur Jenderal, ia mendapat mandat untuk menjaga Hindia agar tidak jatuh ke tangan Inggris yang saat itu sedang berpusat di India.

Demi menjalankan misinya tersebut, ia memutuskan untuk membuka jalan dari Anyer (Banten) sampai Panarukan (Situbondo, Jawa Timur) yang panjangnya lebih dari 1.000 kilometer.

Proyek ambisius Daendels ini harus dibayar mahal oleh para pekerja dari kaum pribumi kala itu. Kaum pribumi dikatakan dipekerjakan secara paksa tanpa diberi upah.

Kini Jalan Raya Pos biasa disebut dengan Pantura (Pantai Utara). Salah satu jalan sentral yang sering dilewati pemudik. Walau begitu, Jan Breman mengatakan kalau proyek jalan ini menelan belasan ribu korban jiwa.

Sungguh ironis, di satu sisi, Daendels berjasa bagi pembangunan kita. Tapi di sisi lain, ia juga menelan banyak korban.

3. Menjadikan uang sebagai alat pembayaran

Masa penjajahan kolonial juga merupakan masa di mana kita pertama kali menggunakan uang sebagai alat pembayaran tenaga kerja. Namun dari segi strata sosial, rakyat kalah jauh dibanding kaum kolonial yang datang.

Pribumi yang sebelumnya birokrat harus tunduk kepada kompeni-kompeni ini. Para raja dan bupati, harus lengser karena sistemnya diubah. Kolonial lebih memilih gubernur jenderal, residen, bupati dalam sistem pemerintahannya.

Sisi baiknya, kaum pribumi yang selama ini terkotak-kotak oleh kerajaan, kini mulai bersatu sedikit demi sedikit, disatukan dalam identitas bernama Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini