Perayaan Peh Cun di Pantai Kuta, Warga Tionghoa Lepaskan Penyu ke Laut

Peh Cun merupakan persembahyangan yang sudah diwarisi secara turun-temurun.

Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 04 Juni 2022 | 06:40 WIB
Perayaan Peh Cun di Pantai Kuta, Warga Tionghoa Lepaskan Penyu ke Laut
Warga keturunan Tionghoa melepasliarkan dua ekor penyu saat perayaan Peh Cun di Pantai Kuta, Badung, Bali, Jumat (3/6/2022). Kegiatan tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada Perdana Menteri Khut Gwan (Qu Yuan) serta persembahan kepada dewa laut untuk membersihkan diri dari hal yang negatif sekaligus memohon berkah. [ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/foc]

SuaraBali.id - Perayaan Peh Cun di Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (3/6/2022) dilakukan oleh warga keturunan Tionghoa dengan merayakan dengan upacara persembahyangan Bakcang sebagai penghormatan kepada Perdana Menteri Khut Gwan (Qu Yuan).

Hal ini dilakukan setiap hari kelima bulan lima pasca-perayaan Imlek.

Mengenai tradisi perayaan ini, Ketua Pengurus Wihara Dharmayana/Leng Gwan Byo Kuta, Adi Dharmaja, menjelaskan bahwa Peh Cun merupakan persembahyangan yang sudah diwarisi secara turun-temurun.

"Intinya adalah mengenang seorang perdana menteri sekitar 2500 tahun lalu pada zaman Kerajaan Chiu, yakni Perdana Menteri Qu Yuan yang merupakan seorang penyair dan pejabat pemerintahan dari Negara Chu pada Periode Negara Perang," katanya.

Baca Juga:Pemerintah Pusat Hapus Tenaga Honorer, Ngurah Wira dan Putri Cemas Kehilangan Pekerjaan

Dikisahkan bahwa Qu Yuan memiliki karier politik yang bagus sampai seluruh menteri Kaisar Huai menuduhnya, membuatnya dikucilkan dari arena politik Negara Chu.

Akhirnya, negara Chu dikalahkan Negara Qin. Mendengar kabar kekalahannya, Qu Yuan merasa sangat sedih karena negaranya hancur dan rakyatnya banyak menjadi korban.

Dia bunuh diri melompat ke Sungai Miluo di Provinsi Hunan.

"Tradisi Hari Bakcang ini bermula dari rakyat yang bersimpati atas kematian Qu Yuan. Mereka melempar nasi ke dalam sungai untuk mencegah makhluk di dalam air memakan jenazah Qu Yuan," katanya.

Dan hingga saat ini tradisi Peh Cun terus menerus dilakukan oleh warga keturunan Tionghoa sampai saat ini.

Baca Juga:Pemprov Bali Keberatan Menpan RB Hapus Tenaga Honorer, Sebut Jumlah ASN Jauh dari Ideal

"Kami sangat bersyukur bisa menjaga tradisi budaya ini, meski dalam era globalisasi, namun masih bisa dijalankan ritual ini," katanya.

Sedangkan untuk perayaan di Bali, ada perpaduan budaya dengan budaya Bali yang telah diwariskan secara turun temurun.

Dimana pada prosesi persembahyangan Bakcang ini, juga menggunakan sarana canang.

"Makna dari canang ini sama seperti di kita, diajarkan, bila melakukan persembahyangan, minimal ada persembahan kembang. Untuk di Bali, persembahan dengan menggunakan canang sudah menjadi tradisi. Apalagi warga Tionghoa disini sebagian besar merupakan orang Bali," katanya. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak