SuaraBali.id - Saat ini, peternak dan pengusaha sapi di Bima sedang was-was lantaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang mewabah di sebagian wilayah Indonesia.
Padahal peternak sapi di Kabupaten Bima menjadi pemasok hewan kurban di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya untuk kebutuhan daging tiap Idul Adha.
Tahun ini, para peternak mencoba sistem pengiriman melalui jalur darat menggunakan tronton, bukan tol laut untuk mengangkut sapinya. Hal ini karena kendalapenutupan jalur seperti di Denpasar Bali dan Jawa Timur akibat wabah PMK.
Proses pengiriman sapi dari Bima pun mau tidak mau menemui kendala akibat lockdown atau penutupan pengiriman hewan ternak sejumlah daerah di bagian barat Indonesia.
Berdasar informasi dari Dinas Peternakan Kabupaten Bima, estimasi sapi yang akan dikirimkan tahun ini sebanyak 10 ribu ekor. Itu hanya untuk memenuhi kebutuhan Idul Adha 1443 Hijriyah di DKI Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang dan sekitarnya.
"Yang baru diberangkatkan 500 ekor sapi. Masih tersisa 9.500 ekor sapi," ungkap Kadis Peternakan Kabupaten Bima, Syaifuddin sebagaimana diwartakan beritabali.com – jaringan suara.com.
Peternak dan pengusaha kini mencari cara untuk mengirim sapi-sapi mereka. Untuk kapasitas pengangkutan tol laut hanya bisa maksimal 500 ekor sapi saja. Kapasitas ini jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah sapi yang harus dikirimkan.
Belum lagi soal target waktu pengiriman sapi yang seharusnya saat ini sudah berada di Jakarta.
"Karena Idul Adha sebentar lagi. Usai menempuh perjalanan jauh, sapi-sapi butuh rehabilitasi kondisi juga," tandas Syaifuddin.
Saat ini pihaknya sedang berkoordinasi dengan DPR RI dan bagian karantina hewan untuk menambah armada tol laut.
"Hanya itu cara agar semua sapi ini bisa terkirim," ungkap Syaifuddin.
Sementara itu peternak di Bima mengaku terancam merugi miliaran rupiah akibat sulitnya pengiriman sapi ke wilayah Jabodetabek. Seorang peternak dan pengusaha, Dedi Sadikin mengungkap, saat ini mereka sedang terancam merugi.
Pasalnya, setelah sekian lama sudah menyiapkan ternak untuk dikirim ke Jakarta, akses jalan darat yang akan dilewati dari Bima, ditutup.
"Ini yang menjadi kendala kita. Jika jalur darat ditutup, makanya banyak sapi yang terancam gagal dikirim," ungkap pria yang juga Sekretaris DPC Persatuan Pedagang Hewan Nasional Indonesia (Pepehani) Kota Bima ini, dikutip Tribun lombok, Jumat (13/5).
Diakui Dedi, pengiriman sapi sudah dilakukan satu kali melalui tol laut sebanyak 500 ekor laut.
Tetapi kuotanya sangat terbatas, dibanding jumlah ternak yang akan dikirim oleh pengusaha ternak Bima.
"Kapasitas tol laut hanya lima ratusan ekor. Sedangkan jatah Kabupaten Bima untuk pengiriman sapi sebanyak 12 ribu ekor," jelas direktur CV Karya Tiga Putri ini.
Kata Dedi, masing-masing pengusaha ternak hanya memiliki jatah kirim 27 ekor saja. Sedangkan sapi yang disiapkan ratusan ekor.
"Seperti kita, ada 800 ekor yang disiapkan untuk dikirim," terangnya.