Abdi menjelaskan, Bukit Nipah sudah berdiri kurang lebih 3 tahun. Dikelola secara swadaya dan mandiri.
“Di sini kami tidak memungut uang masuk, hanya bayar seikhlas pengunjung saja. Untuk kebersihan sampah misalnya. Prioritas kami belum ke arah sana (kemandirian ekonomi),” tuturnya.
Ia menceritakan, jarang warga KLU yang ke Bukit Nipah, yang banyak malah dari luar KLU, seperti warga Mataram dan Lobar.
“Mungkin karena belum viral,” canda Abdi.
Bukit ini sendiri, lanjutnya merupakan masih tanah milik warga. Tapi diizinkan pemilik untuk dikelola secara mandiri kepada pemuda setempat.
Awal-awal terbentuk, anggota Pokdarwis sudah mendapatkan pelatihan dari dinas terkait. Namun, ia berharap untuk sekarang agar kawasan Bukit Nipah lebih diperhatikan lagi oleh semua stakeholder.