Indonesia Tunjukkan Kearifan Lokal Bali pada Upaya Pengurangan Risiko Bencana

Perhelatan Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana ke-7 semakin dekat.

Siswanto
Kamis, 17 Maret 2022 | 14:09 WIB
Indonesia Tunjukkan Kearifan Lokal Bali pada Upaya Pengurangan Risiko Bencana
Ilustrasi bali [shutterstock]

SuaraBali.id - Perhelatan Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana ke-7 semakin dekat.

BNPB terus menyempurnakan persiapan dalam menyambut para delegasi dari 193 negara dalam perhelatan tersebut, salah satunya menunjukkan kisah baik kearifan lokal dalam penanggulangan bencana.

Modalitas sosial berupa kearifan lokal ini merupakan cerita yang dapat dipelajari para delegasi dunia pada program kunjungan lapangan atau field visit pada Global Platform for Disaster Risk Reduction di Provinsi Bali pada 23 hingga 28 Mei 2022.

Kearifan lokal ini merupakan bagian kehidupan masyarakat Bali yang juga dimanfaatkan sebagai upaya pengurangan risiko bencana.

Baca Juga:DPR Usul Pembahasan RUU Penanggulangan Bencana Dihentikan, Dua Tahun Dibahas Selalu Deadlock Tak Ada Titik Temu

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Suharyanto mengatakan bahwa melalui field visit ini, para delegasi dapat melihat langsung bagaimana cara Indonesia dalam memperkuat PRB di tengah masyarakat.

“Selain memperoleh konsep tertulis dalam kegiatan konferensi dan diskusi, para delegasi dapat melihat secara langsung apa yang ditonjolkan Indonesia dalam upaya pengurangan risiko bencana bersama masyarakat,” ujar Suharyanto saat berkunjung ke Desa Wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, Kamis (17/3/2022).

Suharyanto juga menjelaskan bahwa melalui adanya Desa Wisata Penglipuran, para delegasi dapat melihat bahwa sejak dahulu Indonesia telah melakukan upaya pengurangan risiko bencana melalui hidup yang harmonis dengan alam.

“Di sini merupakan salah satu contoh dari masyarakat Indonesia yang sejak dulu harmonis dengan alam dalam pembangunan dan tata ruang, serta tidak ingin merusak alam. Hal ini menjadi salah satu hal yang disepakati dalam pengurangan risiko bencana,” tutur Suharyanto dalam pernyataan tertulis.

Suharyanto berharap dengan melihat salah satu desa ini, para delegasi dapat melihat Indonesia selain memiliki konsep internasional terkait PRB.

Baca Juga:LBH Jakarta Keluarkan Kertas Posisi Soal Kelemahan RUU Penanggulangan Bencana

“Sejak jaman dahulu kita juga sudah memiliki upaya PRB yang harmonis dengan alam,” katanya.

Sementara itu, penanggung jawab Desa Wisata Penglipuran Nengah Monang turut menjelaskan upaya risiko bencana yang sesuai dengan ajaran agama yang dianut oleh agama Hindu.

“Kita turut mengambil filosofi Tri Hita Karana yang merupakan falsafah hidup harmonis dengan Tuhan, alam sekitar dan sesama manusia. Filosofi yang kami pegang dalam membangun desa ini turut menjadi upaya bersama dalam pengurangan risiko bencana, khususnya melestarikan alam,” kata Nengah.

Kemudian Suharyanto turut mengungkapkan bahwa nilai gotong royong yang dilakukan masyarakat Desa Wisata Penglipuran dapat menjadi contoh dalam penguatan penanggulangan bencana.

“Tentunya kita melihat masyarakat desa ini sering berkumpul dan berdiskusi untuk menyatukan sikap terlebih tidak ada sekat, ada juga Hutan Bambu yang dimiliki masyarakat desa dan mereka sepakat untuk melestarikan dengan adanya peraturan untuk tidak dijual maupun ditanami tanaman lainnya,” katanya.

“Inilah gotong royong yang harus kita tonjolkan kepada para delegasi bahwa gorong royong menjadi modal Indonesia dalam penguatan upaya PRB,” dia mengatakan.

Kunjungan ke Desa Penglipuran akan dijadwalkan pada 28 Mei 2022 mendatang. Fasilitas terkait mitigasi bencana seperti papan arah jalur evakuasi dan titik kumpul maupun protokol kesehatan telah dipersiapkan untuk menyambut kedatangan para delegasi.

Pada peninjauan tersebut Kepala BNPB didampingi Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Gubernur Provinsi Bali, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali dan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bangli.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak